Thursday, May 07, 2009

Kartini, Plato, dan Dunia Penelitian Kita

Buku Habis Gelap, Terbitlah Terang berisi kumpulan surat R.A.Kartini yang menunjukkan keinginannya untuk bebas menuntut ilmu dan belajar. Cita-cita Kartini bisa jadi sudah terwujud jika kita membandingkan kondisi pendidikan di eranya dan era kini. Namun cukupkah hanya sekedar menjadi terang?

Keinginan menuju terangnya Kartini sebenarnya bisa dijelaskan lebih jauh dengan Mitos Gua Plato (The Allegory of the Cave). Dalam alegori tersebut, Plato menggambarkan adanya sekelompok orang yang selama hidupnya tinggal di dalam gua. Mereka hanya makan tumbuhan dan serangga yang ada di gua. Dan mereka selalu takut jika melihat bayangan hewan yang melintas di depan gua.

Suatu hari, para manusia gua kehabisan makanan. Salah seorang dari merekapun memutuskan untuk keluar gua. Manusia gua yang lain mengganggapnya gila dan membiarkannya pergi sendiri.

Benar saja, saat tiba di luar gua, ia pingsan dan terpana melihat hal-hal baru yang selama ini tak pernah ditemuinya. Bahkan, ia terpukau dengan betapa terangnya sinar matahari. Setelah bisa beradaptasi, ia pun kembali ke gua untuk meyakinkan teman temannya betapa dunia di luar gua sangatlah luas.

Menurut Plato, kita semua ini seperti manusia gua, yang mengira bahwa dunia yang kita lihat tersebut sebagai realitas, padahal dunia ini tak lain dari pada bayang-bayang dan bukan realitas yang sesungguhnya.

Kartini, tentulah sudah lebih dulu tahu bahwa ada dunia yang sangat luas dibanding dunianya dulu. Maka itu, ia ingin para perempuan mengecap pendidikan yang ditabukan (sama seperti manusia gua mengganggap tabu untuk melangkah ke luar gua).

Saat ini, baik perempuan maupun laki-laki sudah bisa mengecap dunia pendidikan. Dibandingkan era Kartini, tentu saja kuantitas dan kualitas pendidikan kini lebih baik.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah setelah keluar dari gua dan mendapat pencerahan, harusnya kita tak boleh berpuas hati. Kita harus menyadari bahwa dunia di luar gua sebenarnya menjadi gua yang baru. Untuk itu, kita harus terus melakukan perubahan dengan eksplorasi dan penelitian.

Sayangnya, dunia pendidikan kita sangat minim dengan penelitian. Padahal dunia pendidikanlah yang bertugas untuk mencerahkan manusia, dengan menemukan pintu gua yang lain dan mengantar kita beranjak keluar dari gua yang baru.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departmen Pendidikan Nasional Fasli Jalal produktivitas penelitian di Indonesia masih rendah (Kompas, 15 April 2009). Hal itu terlihat dari rendahnya kemampuan ilmuwan untuk menyumbang penelitian ke jurnal ilmiah. Hanya ada 0,8 artikel per 1 juta penduduk, bandingkan dengan India yang artikel ilmiahnya mencapai 12 artikel per satu juta penduduk.

Jumlah penelitian juga sangat tak imbang dengan jumlah peneliti kita. Ada 7.900 peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan lembaga penelitian di departemen.

Di perguruan tinggi, baru sekitar 12.000 dari 155.000 dosen yang terdata melakukan penelitian (Kompas, 10 Desember 2008). Padahal, meneliti menjadi bagian dari Tri Dharma perguruan tinggi, selain mengajar dan mengabdi pada masyarakat.

Jika dunia penelitian kita saja miskin karya, bagaimana caranya kita membawa bangsa ini untuk menemukan dunia yang baru?

Dalam Mitos Gua Plato, harusnya para manusia gua sudah bisa keluar jauh-jauh hari sebelum makanan mereka habis. Tak beda jauh dengan dunia penelitian kita. Harusnya, para peneliti di perguruan tinggi bisa memberi pembaruan, sebelum ilmu pengetahuan menjadi usang.

Peringatan hari Kartini pada 21 April harusnya bisa menggungah para peneliti dan dosen untuk meningkatkan produktivitasnya. Hanya penelitianlah yang mampu membawa manusia menemukan pintu gua yang baru, membawa manusia keluar dari pintu gua, untuk melihat terang-benderangnya dunia.

No comments: