Tuesday, June 24, 2008

Kisah Sukses Sang Wajah Oriental



Penyanyi berwajah oriental Alena sukses go international. Uniknya, ia lebih terkenal di Hongkong dan Singapura dibanding di negeri sendiri.


TUBUHNYA tinggi, langsing, semampai. Kulitnya putih dan mulus. Rambutnya yang hitam panjang tergerai. Wajahnya oriental. Dialah Alena, 27, aktris, model, dan penyanyi yang pernah meraih Juara I Asia Bagus 2000 dan Gold Medal pada Olimpiade Paduan Suara Tahun 2000 di Linz, Austria, bersama Elfa‘™s Choir.

Nama aslinya Caroline Gunawan alias Wu Hui Li. Gadis yang fasih berbahasa Inggris dan Mandarin ini lahir di Malang, 9 November 1981, di tengah keluarga yang memang gemar bermusik. Papanya, sebelum menjadi pengusaha, adalah penabuh drum selama 11 tahun.

Dari keluarganyalah darah seni Alena mengalir. Tak heran, di usia tiga tahun ia mampu menyanyikan 25 lagu secara baik. Namun, ia baru mendapat bimbingan olah vokal sejak usia 14 tahun, tepatnya dari Ibu Ima, guru menyanyinya di Malang, Jawa Timur.

Kemampuan vokalnya semakin matang setelah ia mendapat bimbingan dari Farman Purnama, guru vokal dan penyanyi opera. Ia juga sempat berlatih vokal pada Catherine Leimena. Kematangan Alena dalam dunia tarik suara diperkuat oleh pengalamannya sebagai pe-Mazmur di Gereja.

Kemampuannya tak hanya teruji di bidang tarik suara. Sebab, ternyata ia juga berbakat sebagai presenter TV. Antara lain dalam acara Klip Plus, TPI (1998), Petualangan Dufan, RCTI (2001), Kuis Made in Indonesia, SCTV (2002), dan sebagainya. Tentang dua profesinya itu, dara ayu ini lebih suka menjadi penyanyi. Alasannya, “menyanyi tak hanya seru, tapi juga asyik,” katanya, tertawa.

Apalagi sejak kecil ia sudah mendalami teknik menyanyi, seni menyanyi, dan seni musik. Maka, menjadi presenter baginya hanya mendukung dan mematangkan performanya di panggung. “Dengan juga menjadi presenter, saya terlatih lebih tenang saat tampil menyanyi di panggung,” katanya.

Orang sering mengira Alena penyanyi khusus lagu-lagu Mandarin. Tidak. Ia sebetulnya penyanyi pop Indonesia. Bahwa ia pun piawai membawakan lagu-lagu berbahasa Mandarin yang bercengkok khas, itu tentu anugerah. Terbukti, penyanyi yang ngefans dengan vokalnya Celine Dion dan Wang Lee Hom ini juga fasih membawakan tembang dengan lirik berbahasa Jawa, Jepang, bahkan Belanda.

Memang, Alena lebih terkenal di Hongkong dan Singapura dibanding di negeri sendiri. Sebab, album lagu-lagunya yang berbahasa Mandarin dan Inggris lebih banyak beredar di dua negara tetangga itu. Wajahnya yang oriental agaknya juga sangat mendukung. Kalau artis-artis lain koar-koar tapi tak kunjung membuktikan, sebaliknya, Alena diam-diam telah lebih dulu going international.

Lagunya Lavender (Wei Ni Cun Zai), misalnya, cukup akrab di telinga orang Hongkong dibanding di kalangan masyarakat Indonesia. "Usaha saya untuk go international telah dirintis. Kiat satu-satunya adalah promo. Semoga masyarakat di dua negara itu memang bisa menerima lagu-lagu saya," katanya, merendah.

Albumnya yang pertama: Alena (2003) oleh Universal Music Indonesia Nominasi Most Promising Newcomer MTV Award (2003), Opening Act Tour "Energy" (Taiwan Band ), Jakarta-Bandung-Surabaya Host: "Oriental Nite" bersama Ronny Sianturi, AnTeve (Juli 2003-Juni 2004), Spoke person "Miss Smart Traveller" Citibank Goldcard (2003). Album Kompilasi: Cilapop 2006, lagu: Bintang-bintang oleh Sony Music Indonesia.

Lagu lainnya yang cukup hits bergema di Taiwan dan Singapura adalah Love to Last My Life, Yi Xuan Le Ta (Sudah Memilih Dia), selain lagu berbahasa Indonesia antara lain Tanpa Air Mata. Album solonya yang kedua bertajuk Seindah Diriku, tahun 2007.

Sejak itulah Hui Li alias Alena makin agresif berkonsentrasi menggarap album di luar negeri. Mencuplik lagu Seindah Diriku, dalam album itu ia lebih banyak menyinggung toleransi antarsuku, tak membedakan pribumi maupun nonpribumi. "Saya harap sudah tidak ada lagi saling hasut, saling gontok-gontokan. Kita seharusnya saling menghormati antarsesama," ujarnya.

Selain promosi album, Alena juga amat gemar membaca. Di tengah jeda kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu membaca. "Bagi saya membaca adalah kebutuhan. Tidak baca buku kayak tidak minum vitamin," ujar gadis yang lulus dengan predikat cum laude Universitas Pelita Harapan Fakultas Ilmu Sosial & Politik tahun 2003 ini.

Karena kegemarannya membaca, ia terpilih menjadi Duta World Book Day 2008. "Maka, makin tumbuh lagi minat baca saya. Waktu aku dihubungi, aku pikir: Yes! Akhirya aku bisa share something, bisa menulari dan menginspirasi orang lain. Soalnya, banyak aspek kehidupan yang aku dapat dari buku," tuturnya saat ditemui Jurnal Nasional dalam acara 3rd World Book Day Indonesia di Departemen Pendidikan Nasional, Kamis, 17/4 lalu.

Siapa sangka penyanyi cantik yang sejak remaja memang “kutu buku” ini pernah kuper, dan tidak percaya diri? Tapi itulah fakta. "Masalahku sejak kecil adalah self esteem yang rendah banget. Aku tidak suka hang out, tidak suka clubbing, kuper, dan tak tahu cara bergaul. Buku akhirnya membuatku percaya diri,” katanya.

Ketika membaca buku-buku bernuansa psikologis seperti Chicken Soup, misalnya. Alena jadi mengerti bahwa manusia ternyata makhluk yang sangat berharga. Maka, ia pun mencoba menerima keunikan dirinya dan percaya bahwa kutu buku itu keren dan seksi.

"Gaul itu ternyata bagus, tapi membaca juga bagus. Dulu aku malu dengan kebiasaan membaca, tetapi sekarang justru bangga. Kita jadi bisa menerima diri apa adanya, dan itu lebih indah. Kita bisa lihat orang lain beda, dan itu suatu keunikan," katanya, ceria.

Untuk mengisi otak, Alena menyukai buku-buku bisnis. Misalnya Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki. "Ternyata perasaan dan pikiran, mind is your richest thing. Aku surprise sekali waktu baca buku itu," katanya.

Dengan membaca buku-buku bisnis, ia pun belajar menginvestasikan uangnya. "Membaca buku Robert Kiyosaski membuat saya jadi tahu tentang uang dan konsep menempatkan uang seperti apa. Ternyata uang itu tak bisa disimpan saja, tapi harus diputar," kata pemeran utama FTV special imlek RCTI Xiao Qing bersama Ferry Salim (January 2004) ini.

Alena bercerita, dulu kalau ia punya uang, hanya dipegang saja, atau ditabung. Buku Robert Kiyosaski itu mengubah cara berpikirnya. “Ternyata orang kaya itu tak pernah megang uang banyak. Uang mereka diinvestasikan," katanya. Alena sendiri mengivestasikan uangnya di bidang properti.

Bahkan, lewat buku, katanya, perempuan dapat mempercantik diri. Tak heran, ia pun sering membaca buku tentang kecantikan dan kebugaran. Lewat buku macam itu, ia meraih banyak kiat tentang cara memperindah penampilan, tampil semakin cantik, dan langsing.

Untuk menjaga kecantikan fisiknya, Alena tak punya kiat khusus. Ia hanya menerapkan pola makan sehat. Ia hanya mengonsumsi makanan yang diproses sedekat mungkin dengan alam. Misalnya nasi merah. Atau ia hanya mengonsumsi roti gandum karena tidak diawetkan dan tidak pakai pemutih. Pada pagi hari sampai jam 12 siang, ia hanya mengonsumsi buah. "Setelah itu baru bebas makan apa saja," tuturnya.

Sebelumnya, ia juga sempat melakukan food combining, hanya makan ayam kampung dan daging. "Tapi aku sering melanggar. Sekarang sih melanggarnya udah nggak segila dulu. Misalnya aja kalau ke KFC, paling aku makan twister. Kalau cuma makan sedikit sih bisa," katanya, tertawa.

Alena bersyukur dengan penampilan yang ia miliki. Untuk perawatan badan, ia tak terlalu banyak sibuk dengan berbagai macam “ritual”. Ia hanya paling sering melakukan perawatan rambut. “Creambath setiap bulan dua kali," tuturnya, ringan.

No comments: