Friday, December 07, 2007

Profesor Harus Menulis Buku

Selasa, 06 Nov 2007

Meski ada seseorang bisa melompat jabatan untuk menjadi guru besar, namun ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi, yaitu menulis. Seseorang hanya dapat mempertahankan jabatan atau kepakarannya jika ia aktif menulis jurnal internasional.

"Menulis sudah harga mati," kata Pembantu Rektor Bidang Penelitian dan Pengembangan Universitas Pendidikan Indonesia, Chaedar Alwasilah.

Untuk memperlihatkan kemampuannya, seseorang dapat saja menulis di jurnal internasional. Tapi itu saja tidak cukup. Chaedar menegaskan bahwa seorang profesor harus pernah menulis buku teks untuk mahasiswa.

"Kalau dalam jurnal, itu kan hanya untuk komunitas di bidang ilmu dia. Paling-paling pembacanya hanya 500 orang. Padahal ilmu yang dimiliki seorang profesor haruslah bermanfaat untuk sebanyak mungkin orang," papar Chaedar yang juga aktif menulis di berbagai jurnal internasional dan media massa.

Satu-satunya cara agar ilmu yang dimiliki seorang profesor dapat menyebar luas adalah dengan menggunakan medium buku teks. Adapun buku tersebut paling harus bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa jenjang strata 1 (S1).

Selama ini, guru besar yang sangat jarang tampil dalam percaturan ilmiah di taraf nasional apalagi internasional. Sebagian besar lebih senang melakukan aktivitas rutin, yaitu mengajar. Jumlah buku yang ditulis profesor sangat sedikit jika dibandingkan jumlah mereka.

Dalam situs pribadinya, Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB dalam Ilmu Manajemen Sumberdaya Manusia Tb.SjafriMangkuprawira mengatakan bahwa sosok ideal seorang guru besar haruslah tekun mengajar, meneliti, menghasilkan karya ilmiah (buku, karya tulis dan temuan), mampu membangun jejaring kerjasama ilmiah dengan institusi ilmiah dan industri nasional dan internasional, arif dan bijaksana.

"Tetapi jumlahnya tidak banyak. Katakanlah mahluk langka," kata Sjafri.

Di negara maju, seorang guru besar biasanya membawahi sebuah kelompok yang melakukan penelitian pada subyek tertentu. Anggota kelompok itu terdiri dari asisten dan mahasiswa, baik tingkat sarjana maupun pasca sarjana. Penelitian dilakukan secara terprogram dengan agenda dan anggaran yang jelas, lalu hasilnya dipublikasikan di jurnal ilmiah maupun konferensi.

ika karlina idris

Dimuat di Jurnal Nasional

No comments: