Friday, December 07, 2007

Anak Pidie yang Pemalu

Kamis, 06 Des 2007

Seorang anak perempuan tiba-tiba masuk ke kolong tempat tidur dan tak mau keluar. Spontan saja, semua kawan sekamaranya membujuk si anak keluar, bahkan sambil ikut-ikutan masuk ke kolong.

"Matikan kameranya. Kalau menyala dia tak mau keluar," kata seorang anak.

"Sudah. Ini sudah mati," jawab di kameramen.

Anak-anak perempuan pun berteriak-teriak sambil meyakinkan temannya yang ada di kolong bahwa kamera sudah dimatikan. Saat sudah keluar, si anak menutupi wajahnya dengan bergo (semacam jilbab sepanjang dada).

"Jangan ambil gambar saya," kata si anak. Dan gambar pun pindah ke adegan lain. Itulah sepotong kejadian dalam film dokumenter Selama Danau tak Beriak karya Fauzan Santa.

Film itu bercerita tentang pelatihan teater yang diikuti sekitar 30 anak dari tiga wilayah konflik, Aceh Tengah, Aceh Utara, dan Kabupaten Pidie. Menurut Fauzan, anak-anak tersebut terasing dari lingkungannya karena konflik yang terjadi di wilayah mereka.

"Kamera dianggap seperti bedil. Dan banyak usaha yang harus dilakukan agar mereka mau bicara," katanya. Untuk memancing anak yang berperan aktif, biasanya ia meminta anak yang lain memberi contoh atau berbicara lebih dulu. Jika si anak tadi sudah merasa nyaman, barulah pelan-pelan diminta aktif.

"Rupanya ini efektif. Sampai-sampai ada anak yang tak mau berhenti mengungkapkan perasaanya. Mungkin itu ungkapan alam bawah sadarnya," ujar Fauzan.

Yang paling malu-malu dan tak terbiasa bergaul dengan orang lain, lanjut Fauzan, adalah anak-anak yang berasal dari Pidie. Jika berbaris, anak-anak ini seringkali merunduk dan tak banyak bicara. Dan, anak perempuan yang masuk ke kolong tempat tidur adalah salah satu dari mereka.

Kabupaten Pidie terkenal sebagai daerah cikal bakal Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan kampung Hasan Tiro yang kini bermukim di Swedia. Daerah ini juga asal beberapa tokoh terkenal Aceh, seperti Tgk. Daud Beureueh, Mr. Teuku Mohammad Hasan, Prof. Ibrahim Hasan, DR. Hasballah M Saad, dan pengusaha Ibrahim Risyad (Richard).

Selama ini, Syariat Islam yang diberlakukan di Aceh membuat beberapa pihak melarang adanya kesenian. "Padahal, kesenian adalah obat untuk proses kejiwaan anak-anak. Agak susah memang jika kita berdebat di wilayah syariat."
Ika Karlina Idris

Dimuat di Jurnal Nasional

No comments: