Tuesday, October 09, 2007

Yang Muda, Yang Bersemangat

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selagi masih muda! Makan apa saja sebelum kolesterol atau gula darah menjadi masalah, coba arung jeram atau jet coaster selagi jantung masih kuat, dan yang penting raih cita-cita setinggi langit selagi usia panjang.

"Orang muda itu ibaratnya batang pohon yang muda dan orang tua adalah batang pohon yang tua. Kalau pohon muda dicabut dan ditanam di tempat lain, pohon itu masih bisa tumbuh. Tapi tak begitu dengan pohon tua," kata penulis Ayu Utami.

Kenapa bisa begitu? Penulis buku Saman ini melihat bahwa orang muda sangat fleksibel dalam segala hal. Jika ada prestasi yang dilakukan orang tua, maka orang muda juga akan melakukannya dengan tempo yang lebih singkat.

Semangat untuk berjuang juga terlihat pada bisnis yang dilakukan keluarga Sampoerna. Dalam buku berjudul Sampoerna Legac: a family and business history, generasi keempat mereka, yaitu Jacqueline Michelle Sampoerna menceritakan sejarah keluarganya.

"Sejak penjualan saham Sampoerna ke Phillip Morris pada 2005, ada semacam panggilan untuk menulis dan menggambarkan sukses dan perjalanan keluarga. Kami akan masuk ke babak baru dan penuh tantangan. Buku ini agar kami tidak melupakan masa lalu kami," tulis Michelle dalam buku itu.

Berbicara tentang perusahaan rokok di Indonesia,tentu tak akan lepas dari PT H.M. Sampoerna. Perusahaan itu didirikan pada 1913 di Surabaya oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa dari Fujian. Awalnya bernama Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee, lalu berubah menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna.

Kesempatan untuk mengembangkan bisnis terjadi pada awal 1916. Waktu itu Liem Seeng Tee membeli berbagai jenis tembakau dalam jumlah besar dari seseorang pedagang tembakau yang bangkrut. Perusahaan ini meraih kesuksesan dengan merek Dji Sam Soe, tahun 1930-an. Sayang, kedatangan Jepang memporak-porandakan bisnis yang telah dibangun itu. Bisnis pun diambil alih oleh generasi yang lebih muda.

"Jadi, bisnis di keluarga ini terus sukses saat diambl alih oleh generasi yang lebih muda. Karena orang muda lebih dipercaya, berani berpetualang, punya mimpi, dan cita-cita lebih besar," kata Albert Wibisono dari House of Sampoerna dalam peluncuran buku Sampoerna Legac: a family and business history, pekan lalu, di Kemang, Jakarta Selatan.

Pengusaha muda Yoris Sebastian mengatakan bahwa dalam masyarakat mana pun, orang muda selalu punya semangat untuk tampil beda. "Meski bukan nomor satu tapi anak muda biasanya tak mau kalau hanya jadi copy cat. Mereka akan berbuat sesuatu yang melawan arus," jelasYorris yang meniti karirnya sebagai manajer di Hard Rock Café Jakarta.

Lalu, dari mana Ayu, Yorris, dan generasi muda Sampeorna mendapatkan semangat mereka?

Kata Ayu, dia cukup melihat masalah yang ada pada generasi sebelumnya. Bagaimanapun, generasi muda selalu punya keinginan untuk bereaksi terhadap apa yang sudah dilakukan generasi sebelumnya. "Dan kami selalu fleksibel, harus dapat mempelajari sesuatu dengan cepat daripada orang tua yang sudah keras."

Menurut Yoris, orang muda perlu belajar dan berkompromi. Untuk mencari tahu apa yang ingin dilakukan, sah-sah saja mengikuti orang lain. "Saya juga mulai dengan magang, lalu jadi reporter majalah, lalu pindah ke tempat lain."

Namun semangat yang mendasari bisnis keluarga Sampoerna adalah semangat yang paling primitif: bertahan hidup sebagai imigran. Setelah penjajahan Jepang, semangat keluarga adalah untuk mengembangkan bisnis. Di tangan generasi ketiga, yaitu Putera Sampoerna, perusahaan ini pun melakukan terobosan-terobosan, semisal rokok bernikotin rendah, A Mild.

Semangat, tentu tak selalu ada. Risiko sering membuat orang muda ragu untuk bertindak. Kata Yoris, ia adalah orang yang tak terlalu berani ambil resiko. Ia baru berani berwirausaha setelah 15 tahun bekerja. Masalahnya, ia melihat banyak teman yang berwirausaha gagal.

"Semuanya memang harus dari awal. Ibaratnya pembalap F1, harus mulai dulu dari A1 dan A3," kisah Yoris yang pernah meraih penghargaan International Young Music Entrepreneur 2006. Ia juga menekankan perlunya prinsip "win-win-win" yang digunakan Liem.

"Dalam berbisnis, jangan hanya berpikir tentang diri sendiri, perhatikan juga apa yang terbaik bagi lingkungan dan ekosistem dalam bisnis kita."

Lain lagi dengan Ayu. Sebelum jadi penulis, ia adalah wartawan yang ikut melawan Orde Baru melalui Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Lalu mengapa ia berani ambil resiko?

"Karena temen saya bilang bahwa umur kita masih lebih panjang dari Soeharto. Jadi, apa pun yang terjadi, saya lebih punya kesempatan untuk berubah daripada dia (Soeharto)."

Dimuat di Jurnal Nasional, 13 September 2007

No comments: