Tuesday, October 09, 2007

Semangat Filantropik Keluarga Sampoerna

Kerajaan bisnis keluarga Sampoerna bermula dari semangat bertahan hidup sebagai imigran. Pada generasi ke dua, semangat itu pun berubah jadi mengembangkan bisnis. Di tangan generasi ketiga, semangat untuk melakukan terobosan baru sangat terlihat.

Lalu bagaiaman dengan generasi sekarang? Dan bagaimana dengan generasi yang akan datang? Dengan jumlah kekayaan mereka saat ini, rasanya semangat itu bukan lagi untuk bertahan hidup ataupun mengembangkan bisnis.

Sebagai gambaran, saat Putera Sampoerna menjual sahamnya ke Philip Morris International Inc pada Maret 2005, nilainya mencapai Rp18,5 triliun. Majalah Globe Asia, Edisi Agustus 2007, menyebutkan bahwa Putera Sampoerna, berada di urutan kelima dari 150 orang terkaya di Indonesia. Jumlah kekayaannya senilai 2,2 dolar AS miliar atau sekitar Rp 20,02 triliun.

Pada peluncuran buku sejarah keluarga Sampoerna, Albert Wibisono dari House of Sampoerna bercerita banyak tentang semangat keluarga itu. "Meski sudah berhasil seperti sekarang, tapi mereka tetap mengelola bisnis dengan profesional. Semangat generasi Sampoerna yang sekarang pun adalah semangat filantropik," katanya.

Nilai-nilai yang ada dalam keluarga selalu diwariskan. Yang paling ditekankan, tambahnya, bahwa perusahaan tak hanya untuk keuntungan, tapi juga untuk dedikasi.

"Mereka mencintai bangsa ini. Keluarga Sampoerna punya pilihan terhadap apa yang akan mereka lakukan untuk Indonesia," tegas Albert. Sebenarnya, Putera dan istrinya Ketie tidak dilahirkan di Indonesia, begitupun dengan keturunan mereka. "Tapi mereka selalu kembali ke negara ini dan berbuat sesuatu."

Menurut Ayu Utami, sebenarnya identitas adalah sesuatu yang diciptakan masyarakat. Jika ditanya tentang kecintaannya akan Indonesia, ia hanya berkata bahwa ia tak punya pilihan lain. "Bukan karena bangsa ini istimewa, tapi karena saya memang dilahirkan di sini."

Bagi keluarga Sampoerna, semangat mencintai bangsa ini diwujudkan dengan membuka kesempatan untuk mengecap pendidikan. Tepat 1 Maret 2001, Jacqueline Michelle Sampoerna, anak dari Putera Sampoerna, mendirikan Sampoerna Foundation (SF).

Saat ini SF termasuk salah satu yayasan nirlaba terbesar yang didirikan oleh keluarga pengusaha. SF juga telah memberikan lebih dari 25.000 beasiswa mulai dari tingkat SD hingga S-2. Mereka juga mengirimkan putra-putri terbaik bangsa ke sekolah bisnis top di dunia, semisal Harvard Business School, Hass School of Business, Wharton School, dan London Business School.

SF juga membuka program perbaikan kualitas guru bernama Teacher Institute dan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung membuka Sampoerna School of Business and Management (SBM-ITB). Selain itu, ada juga program United Schools Program (USP), untuk memperbaiki kualitas Sekolah Menengah Atas. USP sudah dilakukan di 17 sekolah negeri di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Adapun total dana bantuan pendidikan yang disalurkan pada kuartal keempat tahun 2006 mencapai 4,85 juta dollar AS atau sekitar Rp 43,6 miliar.

Menurut Albert, semangat filantropik dikeluarga ini sudah ada sejak awal. "Yang menarik adalah saat Jepang masuk ke Indonesia. Keluarga ini lebih memilih untuk membagikan tembakau mereka ke penduduk sekitar daripada dirampas sama Jepang."

Mengenai kegiatan filantropik, Putera mengatakannya sebagai kegiatan yang dilakukan turun-temurun. "Aktivitas ini telah dimulai oleh kakek saya, lalu dilanjutkan ayah saya, dan kini dikembangkan lebih jauh oleh saya dan anak-anak saya," katanya beberapa waktu lalu.

"Kami merasa perlu mengingatkan diri kami atas berkah yang kami terima dan membagi karunia tersebut kepada mereka yang kurang beruntung. Sebagaimana kata pepatah, yang kaya membantu yang miskin. Dan, yang kuat menolong yang lemah. Tradisi ini akan terus kami jaga dan pelihara."

Dimuat di Jurnal Nasional, 13 September 2007

No comments: