Tuesday, October 09, 2007

"Seni Harus Dinikmati dengan Pengetahuan Memadai"

Seringkali terdengar keluhan bahwa apresasi seni masyarakat kita rata-rata masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan apresiasi seni yang belum optimal, baik di sekolah ataupun di lingkungan keluarga. Akibatnya, penghargaan masyarakat akan kesenian dan pekerjaan seni masih rendah.

Melalui seminar tentang Apresiasi Pendidikan Seni, Akademi Jakarta (AJ) menekankan perlunya melatih daya tangkapakan seni. Lalu, seperti apa daya apresiasi masyarakat kita saat ini? Berikut petikan wawancara singkat Jurnal Nasional dengan anggota Akademi Jakarta juga guru besar Antropologi Universitas Indinesia, Edi Sediawati:

Mengapa AJ memilih topik ini?

Nilai seni dengan cita rasa tinggi perlu diarahkan dari segi kepentingan pendidikan. Pendidikan seni perlu internalisasi yang terarah dan difasilitasi dengan saran dan prasarana memadai.

Jika tidak, maka yang akan dinikmati oleh khalayak adalah apa yang disajikan oleh pasar. Sedang produk pasar itu kan didominasi oleh sinetron yang mutunya menengah ke bawah. Dengan kata lain, baik secara artistic ataupun kandungan pesannya itu buruk. Lebih banyak nilai negative yang kita lihat. Contoh kecilnya adalah anak yang bicara bentak-bentak ke orang tua.

Apa yang membedakan seni yang bermutu baik dan yang tidak?

Seni yang bermutu adalah seni yang menunjukkan perasaan atau tanggapan rasa yang mendalam.Seni itu dapat membuat seseorang menikmatinya dengan kedalaman perasaan, mengajak orang-orang untuk merenungkan hakekat berbagai hal dalam kehidupan, atau hal lain yang sesuai temanya.

Sedang seni yang rendah mutunya adalah seni yang sensasional, vulgar, dan bisa menimbulkan rangsangan fisik.

Apa yang dibutuhkan untuk mengapresiasi seni?

Harus ada proses kesiapan untuk mengungkap keindahan. Dengan kata lain ada proses pemberian pengetahuan dan pengenalan untuk menikmatinya. Seni tak akan bisa dinikmati tanpa pengetahuan yang memadai, semisal mengenali wayang kulit, tentu harus tahu dulu karakteristik tokoh-tokohnya.

Jika ini tidak dilatih, maka kemahiran seseorang untuk dapat menangkap nilai-nilai seni bermutu juga tidak akan ada.

AJ adalah think tank yang harus bisa mengintervensi wacana publik supaya ada kesadaran akan kebutuhan pendidikan seni. Forumnya bisa macam-macam, bisa lewat sekolah atau forum non-formal, seperti keluarga ataupun media massa.

No comments: