Tuesday, August 07, 2007



Taman Menuju Kelas Dunia


Science Park UI bakal dijadikan sebagai inkubator ilmu dan bisnis.

BERPREDIKAT sebagai perguruan tinggi nomor satu di Tanah Air, Universitas Indonesia (UI) dituntut terus mengembangkan diri demi peningkatan kualitas. Salah satu upaya mencapai tujuan tersebut, UI pun kini serius menyiapkan pembangunan Science Park (Taman Ilmu) yang bakal dijadikan sebagai inkubator ilmu dan bisnis.

Taman itu akan dibangun di atas lahan seluas 107.189 m2 dengan tiga blok bangunan terpadu untuk pengembangan disiplin ilmu yang berbeda. Laboratorium di Blok I akan mengakomodasi penelitian berbasasi biomedik dan bioteknologi, Blok II untuk penelitian berbasis teknik dan fisika, dan Blok III untuk penelitian yang berkaitan dengan kepentingan surveillance, teknologi informasi, dan humaniora.

Selain itu, Science Park UI juga dilengkapi beberapa fasilitas, seperti selasar dan plaza untuk pedagang, sports club, dan hotel bintang lima dengan 396 kamar. Taman tersebut juga dilengkapi perpustakaan maya dengan 2.000 komputer (internet e-library), serta menyediakan koleksi buku dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Menilik fasilitas-fasilitas tersebut, jelas pembangunan Science Park UI membutuhkan dana besar. Diperkirakan proyek tersebut akan menelan biaya sekitar Rp526 miliar (rinciannya lihat data).

Ditemui di kediamannya, Sabtu (4/7), Rektor UI Gumilar Rusliwa Sumantri mengatakan, sumber pendanaan proyek tersebut harus sah dan bisa dipertanggungjawabkan. Menurut dia, ada beberapa mekanisme pendanaan yang bisa ditempuh, yaitu kerja sama dengan program corporate social responsibility (CSR) perusahaan, clean development mechanism (CDM), hibah, dan investasi.

Gumilar mengatakan, sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan yang menyambut positif tawaran kerja sama pembangunan taman tersebut. Dia belum bersedia menyebutkan nama-nama perusahaan dimaksud. Dia hanya mau memberi tahu bahwa beberapa perusahaan itu bergerak di bidang elektronik dan farmasi.

''Tentu saja ada rambu-rambu dalam kerja sama itu. Semuanya harus jelas secara hukum tentang apa dan bagaimana pelaksanaannya. Harus win-win cooperation bagi UI, perusahaan tersebut, dan bagi bangsa,'' ujar Gumilar.

Sebenarnya tujuan utama UI membangun taman ilmu itu adalah untuk mengintegrasikan semua fakultas menjadi sebuah universitas yang padu, pendidikan berbasis riset, dan mewujudkan enterprising university (universitas berbasis bisnis).

UI pun siap mengarahkan sumber dayanya untuk riset, sehingga bisa tercipta sinergi antarilmu. Dengan taman tersebut, diharapkan riset di UI lebih produktif serta siap untuk dikomersialkan atau dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

''Di sana juga akan ada bengkel UKM (usaha kecil dan menengah) untuk memberdayakan UKM,'' kata rektor yang sosiolog itu.

UI, demikian Gumilar, telah memiliki modal kuat membangun taman tersebut berupa citra institusi, kekayaan intelektual, dan pelbagai fasilitas seperti perpusataan dengan koleksi hingga 470 ribu buku, 200 laboratorium, serta 94 pusat riset dan kajian.

Oleh karena itu, taman ilmu benar-benar diharapkan mampu memadukan riset multidisiplin UI dalam wadah inkubator ilmu dan bisnis. ''Diharapkan kurang dari lima tahun kuantitas dan kualitas HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) UI akan berlipat ganda. Selama ini memang belum berkembang pesat,'' tutur Gumilar.

Selain itu, pembangunan dan pengembangan taman ilmu diharapkan bisa membawa UI masuk jajaran lima besar universitas di Asia Tenggara (ASEAN), 10 terbaik di Asia, dan 100 universitas terbaik di dunia. Untuk mencapai target-target tersebut, UI juga akan memperkuat tata kelolanya, transparansi sektor keuangan, serta memperbaiki sumber daya manusia (SDM).

Untuk faktor terakhir itu, Gumilar berencana melakukan evaluasi SDM. Termasuk dalam kebijakan ini adalah merekrut tenaga baru yang berkualitas dan meningkatkan tenaga yang sudah ada. Peningkatan kesejahteraan staf pengajar dan karyawan jelas juga menjadi prioritas mengingat hal itu berkaitan erat dengan profesionalisme mereka.

''Yang paling penting, taman ilmu ini bisa mengimplementasikan research and teaching without walls (penelitian dan pengajaran tanpa sekat-sekat),” ucapnya.



Belajar Tanpa Sekat dan Sukses Revolusi Ponsel


DALAM sejarahnya,Universitas Indonesia (UI) merupakan penyatuan dari beberapa sekolah yang didirikan pada masa penjajahan Belanda. Dalam perkembangannya, beberapa sekolah akhirnya berdiri sendiri. Sebagai contoh, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tadinya adalah Fakultas Pertanian UI dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sebelumnya Fakultas Teknik UI.

Menurut Rektor UI Gumilar Rusliwa Sumantri, tradisi fakultas-fakultas di UI begitu kuat mengingat pada awalnya mereka adalah sekolah-sekolah yang berdiri sendiri. Padahal, sebuah universitas harus padu agar bisa tercipta pembelajaran dan penelitian tanpa pelbagai sekat.

''Jadi betul-betul bisa terbangun komunitas UI yang di dalamnya terjadi sharing, baik itu SDM, fasilitas, administrasi keuangan, serta riset dan pengembangan,'' ujar Gumilar kepada Jurnal Nasional.

Sejauh ini yang terjadi adalah belum terintegrasinya antarkurikulum di fakultas-fakultas itu. Gumilar mencontohkan, seorang mahasiswa ilmu komputer tidak bisa mengambil mata kuliah yang ada di fakultas hukum.

''Nantinya akan kita arahkan kurikulum itu mayor dan minor. Seorang mahasiswa bisa mengambil ilmu komputer sebagai mayor dan minornya bisa ambil hukum atau apa saja sesuai minat,'' katanya menjelaskan.

Gumilar berharap UI pada masa mendatang bisa mengeluarkan ijazah bagi ilmu yang sedang berkembang, meski tak ada dalam program atau fakultasnya. Misalnya, ada mahasiswa yang mau belajar bioinformatik yang merupakan perpaduan antara berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, hukum, matematika, engineering, dan kedokteran.

''Faktanya, bidang itu berkembang di mana-mana dan penting untuk menopang peradaban. Jadi, kenapa tidak? Mahasiswa bisa mengambil mata kuliah lintas fakultas selama kreditnya cukup dan ada dosen yang bisa membimbing untuk kemampuan di bidang tersebut,'' ujar Gumilar.

Interdisiplin itu juga dapat mendukung taman ilmu yang akan dibangun UI mengingat perkembangan teknologi tak bisa didukung dari hanya satu ilmu. Gumilar mencontohkan perkembangan telepon seluler (ponsel). Sebuah ponsel, katanya, merupakan hasil riset dari beragam bidang ilmu.

''Coba bayangkan ada berapa disiplin yang terlibat dalam pembuatan ponsel itu, mulai dari seni, kimia, fisika, matematika, informatika, pemasaran, dan komunikasi. Jadi research akan hasilkan sesuatu yang dahsyat dan berguna bagi peradaban,'' tuturnya. (Ika Karlina Idris)

Dimuat di Jurnal Nasional, Senin, 6 Agustus 2007

No comments: