Tuesday, August 07, 2007

Perlukah Mendata Mainan Tradisional?


PERLUKAH mematenkan mainan dan permainan tradisional Indonesia? Jika ya, lantas mungkinkah aturan-aturan permainan tersebut distandardisasi?

Dipatenkannya alat musik angklung oleh Malaysia membuat geram bangsa Indonesia. Beberapa peserta seminar "Produk Budaya Permainan Tradisional" pun angkat bicara. Di forum itu pula tercetus ide-ide melestarikan mainan tradisional Indonesia.

Hensah dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan DKI Jakarta berpendapat, mainan tradisional adalah hak budaya Indonesia. Olah karena itu, ia melihat perlunya mainan ini dipatenkan agar tak diambil negara lain.

Sedangkan Tantoro Subagyo dari Masyarakat Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) Indonesia menilai perlunya sebuah riset dan pengembangan yang baik terhadap mainan tradisional. "Di China, setiap sore banyak orang berlatih Tai Chi di taman. Kenapa kita tidak bermaian gobak sodor saja?" ujarnya.

Sri Monarjo dari Dirjen Perfilman Departemen Budaya dan Pariwisata menilai perlunya sebuah sistem informasi kebudayaan. Segala hal yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia harus didata dan dapat diakses oleh masyarakat.

Menurut arkeolog Edi Sedyawati, pencatatan tentang mainan dan permainan memang perlu. Paling tidak, sudah ada data bahwa Indonesia juga memiliki mainan atau permainan tersebut. Hanya, itu tidak mudah dilakukan mengingat sejak dulu selalu ada pengaruh antara budaya yang ada di Indonesia dan budaya dari luar. Pengaruh itu bisa karena penjajahan atau migrasi orang Indonesia ke luar negeri.

"Akibatnya, kita bisa punya warisan budaya yang sama. Sederhananya bisa kita lihat dari jenis mainan atau permainan yang sama di beberapa daerah, walaupun namanya berbeda," terang Edi.

Sebagai contoh adalah permainan congklak atau juga dikenal dengan nama dakon atau macala. Permainan ini terasa sangat Indonesia sekali, padahal hampir di seluruh negara Asia ada mainan serupa ini.

Selain itu, jika ingin membuat sistem penyimpanan data, diperlukan suatu riset besar-besaran. Segala macam dokumen masa lalu harus dibongkar dan dipelajari, sehingga paling tidak khasanah budaya atau asal muasal suatu mainan dan permainan dapat diketahui.

Ika Karlina Idris

Dimuat Jurnal Nasional, Kamis, 12 Juli 2007

No comments: