Tuesday, August 07, 2007

Mengoptimalkan Situs Sekolah


Situs sekolah seharusnya interaktif, tidak sekadar menjalankan fungsi kehumasan.

PEMANDANGAN aneh muncul saat Jurnal Nasional awal pekan ini membuka menu "Forum Diskusi" pada situs resmi sebuah sekolah elite di Labschool Cinere. Halaman tersebut menawarkan tiga jenis forum diskusi: diskusi sekolah, konsultasi karier, dan konsultasi sosial politik.

Nah, dalam topik terakhir itu, setelah diklik, ternyata yang muncul adalah menu gambar-gambar pornografi. Klik lagi, ternyata memang benar terhubung ke situs pornografi, mulai dari yang menawarkan sex toys untuk orang dewasa, foto telanjang bintang film luar negeri dan kisah-kisah seks berlatar sekolah.

Hampir setahun muatan ''tak diundang'' itu menghiasi website Labschool Cinere. Jelas bukan orang dalam yang memasangnya, melainkan ulah hacker. Mengapa bisa terjadi?
Ternyata lebih karena tidak ada yang merawatnya. Karyawan atau staf yang biasanya mengurusi situs tersebut sudah pindah kerja ke tempat lain. "Sekarang sudah tak di sini, makanya tak ada yang mengurus lagi," ujar Kepala Bagian Akademik Labschool Cinere, Prawidi Wisnu.

Pada Rabu (18/7) siang lalu, ''muatan kotor'' di situs Labscholl Cinere (www.labschoolcinere.net) itu dipulihkan. Pihak sekolah sudah memasang firewall untuk mencegah terulangnya kejadian itu. "Kami memang sudah lama berencana pasang filter.
Tadi orang yang bisa sudah ke sini dan mengajari kami cara mencegahnya. Nantinya situs ini juga akan kami cek setiap hari," ujar Prawidi.

Selain itu, katanya, Labschool Cinere juga sedang mengurus perpindahan domain. Situs yang sudah ada sejak dua tahun lalu itu akan diubah dengan menggunakan domain sch.id. "Kami akan mengikuti yang ditetapkan pemerintah.''

Pembuatan situs sekolah di Indonesia mulai marak sejak awal tahun 2000. Tapi, hingga kini masih banyak sekolah yang membuatnya dengan prinsip asal jadi. Yang penting ada, tapi belum muncul perhatian serius terhadap muatan informasinya. Tak jarang informasi begitu lama tidak diperbarui (update). Prinsip yang lazim muncul, situs tidak ubahnya company profile booklet. Yang penting ada informasi tentang profil sekolah bersangkutan.

Perhatian juga jarang diberikan pada faktor kemudahan untuk mengaksesnya. Bahkan, dalam pengelolaannya, tak jarang dilakukan sendiri oleh pihak sekolah tanpa didampingi atau dibimbing profesional yang memahami teknologinya.

Informatif dan Interaktif
Di antara sekolah yang cukup memberi perhatian serius terhadap situsnya adalah SMAN 78 Jakarta Barat (www.sman78.com) dan Jubilee School Jakarta (www.jubilee-jkt.sch.id). Meski tujuan awal pembuatan situs untuk menjalankan fungsi kehumasan, tapi informasinya cukup lengkap. Selain itu ada juga layanan interaktif berupa pengiriman SMS dan MMS.

Joko, Deputi Kurikulum SMAN 78, mengatakan, pihaknya membentuk tim khusus untuk pengembangan situs sekolah tersebut. Mereka berencana melengkapi informasi yang ada, misalnya tentang pengumuman nilai atau pendaftaran sekolah, pada tahun depan.

''Semuanya tergantung pembiayaan. Untuk tahap awal, anggarannya kami rencanakan hingga 2010," kata Joko, yang enggan menyebutkan biaya yang dibutuhkan.

Sementara itu, Jubilee School memiliki enam staf khusus untuk menangani Teknologi Informasi-nya. Menurut Ketua Proyek pengembangan situs, Ike Suhartina, sejak dua bulan lalu dia dan timnya menggodok konsep manajemen sistem informasi tersebut.
Nanti semua divisi sekolah (misalnya administrasi, litbang, maupun media centre) bisa memasukkan langsung informasi ke situs mereka.

Pada dasarnya, konsep baru nanti adalah integrasi dari pencitraan sekolah, wadah kreativitas siswa, dan penghubung ke situs lain yang menyediakan informasi seputar pembelajaran.

Tak cukup di situ, para wali murid juga akan diberi identitas (ID) khusus dan sandi (password) untuk bisa masuk mengakses layanan informasi seputar perkembangan belajar dan aspek lainnya pada anak mereka. "Kami ingin situs ini interaktif. Kalau mereka punya ID kan bisa melihat nilai atau rapor bulanan misalnya," ujar Ike.

Jubilee juga menginginkan komunikasi tak hanya lewat situs, namun juga bisa melalui SMS. "Kami berencana pindah ke provider (penyedia layanan internet) lokal agar informasi lebih cepat sampai," tutur Ike.

Lomba Nasional
Pekan lalu, Departemen Pendidikan Nasional mengumumkan pemenang lomba website sekolah tingkat nasional. Tiga pemenangnya adalah SMK 2 Yogyakarta (www.smk2-yk.sch.id), SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera Bogor (www.smabbs-bogor.net), dan SMK 41 Jakarta Selatan (www.smkn41jkt.or.id).

Kriteria lomba adalah desain (tata letak dan tipografi warna), struktur dan navigation interface, data dan informasi sekolah, materi pembelajaran, kelengkapan data, penggunaan bahasa, fungsionalitas, dan interaktivitas.

Menurut Siskandar, panitia lomba, situs sekolah adalah media komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua. Oleh karena itu, ketiga pihak harus mampu bertinteraksi, misalnya, dengan forum diskusi, chatting, atau link ke media pembelajaran lain.
"Interaktivitas peserta sangat bervariatif. Ada yang sudah bagus, tetapi ternyata pada faktor navigasi maupun penyediaan data lemah," ujar Siskandar kepada Jurnal Nasional. (Ika Karlina Idris)

Dimuat di Jurnal Nasional, Kamis, 19 Juli 2007

No comments: