Monday, May 28, 2007




9 Pertanyaan buat Sofyan Djalil


Jakarta Jurnal Nasional
Senin, 14 Mei 2007

PENGUNJUNG kantin yang ada di lobi kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendadak riuh. Pasalnya, "bos baru" di kantor tersebut tanpa sungkan memutuskan untuk makan siang di sana.

Beberapa orang bahkan terlihat mengabadikan momen itu dengan kamera yang ada di telepon seluler mereka. "Jarang-jarang ngeliat menteri ngantri buat beli makanan prasmanan," ujar salah seorang pengunjung kantin.

Rupanya, tak hanya mereka yang mendapat kejutan siang itu. Sesaat sebelumnya, Sofyan A Djalil juga menawarkan diri untuk menjadi khatib salat Jumat di mesjid kompleks gedung Kementrian BUMN.

Saat dimintai komentarnya oleh wartawan karena menjadi khatib dadakan, ia pun menanggapinya sambil berkelakar. "Kompetensi utama saya sebenarnya di sini, memberi khotbah. Kalau jadi menteri sebenarnya hanya hobi saja, hahaha..., " kata lelaki kelahiran Perlak, Nanggroe Aceh Darussalam, 53 tahun lalu itu.

Sofyan yang juga mantan Menteri Komunikasi dan Informasi itu juga mengaku sudah terbiasa menjadi khatib di kantor lamanya. "Pokoknya kalau tidak ada khatib, saya yang biasa khotbah."

Lalu, bagaimana rencana Sofyan ke depan untuk 139 BUMN yang dipimpinnya? Berikut petikan wawancara Jurnal Nasional yang berlangsung di kantin kantor BUMN.

Sebagai "supermanajer" karena harus menangani banyak BUMN dengan bidang yang berlainan, apa rencana ke depan?

Pada dasarnya, semua masih saya pelajari. Tunggulah paling tidak dua minggu lagi. Nanti, saya akan melapor ke Presiden dan Wakil Presiden. Lalu kami juga akan adakan rapat kabinet.

Namun pada prinsipnya, segala proses bisnis yang bisa dipercepat harus dilakukan, selama itu masih sesuai dengan koridor good corporate governance (GCG atau tatakelola pemerintahan yang baik). Karena dalam prinsip GCG, tidak ada konflik kepentingan, sesuai dengan good faith (itikad baik), dan tender yang sesuai aturan.

Kalau sudah gitu, tinggal teken saja kan bisa. Pokoknya, kantor ini harus mendorong semua kinerja BUMN secepat mungkin. Kalau bisa cepat kenapa harus ditunda? Toh yang bertanggungjawab itu kan BUMN itu sendiri.

Negara kita ini begitu besar dan kekayaannya luar biasa. Hanya saja saya melihat selama ini kurang kapitalisasi. Karena itu, kita butuh lebih banyak perusahaan. Tentunya yang memberikan nilai tambah.

Bahkan, saya pikir, sekolah kita pun harus diubah kurikulumnya agar lebih banyak menghasilkan entrepreneur (pengusaha). Bukan cuma memproduksi pegawai negeri atau wartawan, hahaha...

Bagaimana dengan rencana sejumlah BUMN yang akan masuk ke pasar modal?

Intinya saya tetap ingin mempercepat proses. Biasanya perusahaan membuat sendiri surat-suratnya lalu dikirim ke Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Setelah itu, Bapepam akan melihat apakah ada kekurangan. Kalau ternyata ada yang kurang, maka akan dilakukan surat menyurat lagi.

Nah, semua kan bisa tertunda karena proses seperti itu. Karena itu, mereka sebaiknya langsung bertemu saja. Semisal ada tim IPO (initial public offering atau penawaran saham perdana) suatu BUMN. Tim ini bisa langsung ketemu Bapepam untuk melihat apakah semuanya sudah lengkap atau belum. Jadi bisa lebih cepat.

Kalau rencana IPO Jasa Marga bagaimana?

Saya targetkan minggu ketiga bulan Juni sudah bisa. Paling lambat bulan Juli, soalnya Agustus pasar libur karena di Eropa juga sedang musim libur. Ada pun penjamin emisinya adalah PT Bahana Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas. Keduanya telah memenuhi prinsip GCG.

Penunjukan penjamin emisi melalui konsorsium, setelah itu dishortlist hingga tinggal dua konsorsium saja. Keduanya juga sudah disetujui DPR. Kita perlu proses segera karena pasar lagi luar biasa bagus sekarang. Lihat saja, rupiah sudah begitu menguat, dana-dana masuk ke Indonesia, pasar saham luar biasa tinggi.

Karena itu, saya tekankan untuk tempa besi selagi panas.

Sejumlah posisi direksi BUMN kini sedang kosong, apa yang akan Anda lakukan?

Mudah-mudahan dalam satu bulan ini selesai. Selama ini pergantian direksi ada yang tertunda dua sampai tiga tahun, bahkan ada yang kosong. Padahal posisi-posisi itu harus diisi segera.

Untuk pemilihan orang-orangnya, tentu ada berbagai proses. Namun, poin utama adalah kompetensi dan integritas direksi tersebut. Selain itu, direksi juga harus mengerti tentang masalah keuangan. Kalau selama ini ada anggapan direksi BUMN kurang yang berasal dari "orang finance", maka akan kami perbaiki, baik dengan pelatihan maupun hal lainnya.

Dari tadi Anda ingin mempercepat semua proses. Apa menteri terdahulu kurang cepat?

Hahaha...

Janganlah mengadu saya dengan Pak Sugiharto (Menteri BUMN sebelum ini). Beliau itu kinerjanya bagus. Prinsip saya, semuanya harus segera diputuskan. Soalnya, keputusan yang terlambat lebih mahal daripada tidak membuat keputusan. Bahkan, keputusan yang terlambat itu lebih mahal daripada bikin keputusan yang salah.

Mengapa selama ini BUMN selalu diguncang oleh Serikat Pekerja (SP)?

Ya, itulah. Kesalahan kita adalah menandatangai semua perjanjian ILO (International Labour Organization). Saat itu saya rasa kita terlalu gagah berani, padahal negara lain tak seperti itu.

Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan?

Saya sih senangnya main golf, bukan main golok lho, hahaha... Selain itu, saya juga rutin jogging di rumah. Ada beberapa peralatan untuk itu di rumah saya. Lagipula, jogging itu paling simple. Biasanya saya rutin dua hari sekali, setiap kali sekitar tiga puluh menit.

Apa yang Anda lakukan kalau ada waktu luang?

Paling-paling membaca. Saya senang membaca berita ekonomi. Saya juga senang membaca buku. Buku favorit saya berjudul The World is Flat (karangan Thomas L Friedman).

Pasalnya, dalam buku itu dapat dipelajari tentang bagaimana bangsa ini bisa berkompetisi dalam persaingan global. Kita mau jadi the winner or the looser (sang juara atau sang pecundang)? Nah, yang harus kita perhatikan adalah agar bangsa ini bisa cepat bergerak.

Saya ingin BUMN ini lari. Saya sudah mengatakan ke mereka (BUMN) bahwa kantor saya ini akan membantu Anda berlari. Kalau kami tidak bisa membantu mereka, tentu kami tak akan mengganggu. Semua keputusan harus dibuat oleh BUMN, kami hanya memberikan pendapat saja. Karena toh kalau ada apa-apa yang masuk penjara mereka juga.

Selain itu, saya juga sudah mengatakan bahwa yang menggerakkan sektor riil adalah BUMN. Jadi, kami meminta mereka agar betul-betul proaktif menggerakkan sektor riil, jangan cuma taruh uang di Bank Indonesia atau SBI. Lebih beranilah sedikit, tapi tentunya dengan tetap menjaga prudential.

Lalu, apa prinsip hidup seorang Sofyan Djalil?

Di manapun saya berada, saya harus dapat memberikan nilai tambah. Kalau saya masuk kantor ini dalam keadaan buruk, maka kalau saya ke luar harus lebih baik dari waktu saya masuk. Hal yang sama juga berlaku untuk keluarga saya.

No comments: