Sunday, October 15, 2006

Untuk Shinta

Jumat siang, 13 Oktober, saya dapat sms dari teman saya Shinta. kurang lebih begini:
Gulrz, nyokap gue tadi pagi masuk rumah sakit islam. ada pendarahan lagi otaknya. mohon doanya ya!

Setelah membaca sms itu saya kaget. sempat diam sejenak, seperti adegan slow motion di film-film. kalau saya tidak salah hitung, ini sudah kali ketiga mamahnya shinta masuk rumah sakit karena pendarahan di otak alias stroke.

sebenarnya, hari itu saya masih ada dua liputan, pembuat beduk di pramuka dan tekstil impor di tanah abang. tapi, saya juga ingin ke rumah sakit. saya mau bertemu sahabat saya itu. mungkin tidak ada yang bisa yang saya lakukan. toh, kata shinta mamahnya belum sadar.

meski harus bohong ke redaktur dan korlip (hehehe.. maap mas..) akhirnya saya berangkat juga ke rumah sakit islam.

di mobil, saya jadi berpikir hal yang sebenarnya sudah sering saya pikirkan. bagaimana kalau saya berada di posisinya?

kami sama-sama anak sulung dari tiga bersaudara. masih ada dua cecunguk yang harus kami jaga.

tapi shinta, papahnya baru saja kena stroke dam ke mana-mana harus pakai kursi roda. mamahnya, masuk rumah sakit lagi.

saya takut ketemu dia. saya takut menjadi terlalu sedih dan memberikan reaksi yang salah. dan hanya akan membuatnya tambah sedih.

karena pikiran-pikiran itu, saya membelokkan mobil dan mampir ke carefour. cukup lama saya berputar-putar di koridor buah dan roti.

lalu, saya tiba di rak makanan dan minuman instan. ada jus instan, susu instan, mie instan, bihun instan, sup instan, dan nasi instan.

saya pun terpkir,"kenapa sih tidak ada yang isntan-instan untuk perasaan manusia? shinta, seandainya ada obat instan biar kamu tidak sedih, pasti sudah saya belikan."

dan kau tahu apa yang saya beli? saya beli pocari sweat dan ayam panggang. saya harap dua-duanya bisa mengganti energi kamu setelah bersedih.

(ayamnya enak kan? =p)

singkat cerita, saya tiba di rumah sakit dan mendapati sahabat saya itu. seperti biasa, dia pakai kaos pink! (bahkan di saat panik pun kamu masih memakai kaos pink! hihihihi)

sebenarnya dia tidak terlihat sedih, bahkan dia bercerita hal-hal lucu. tentang betapa paniknya dia tadi pagi sampai-sapai lupa memakai BH saat ke rumah sakit.

tapi, saya tahu, itu cuma akal-akalan dia saja. akal-akalan biar dia tidak menangis.

saya pun duduk di sampingnya, di bangku ruang tunggu rumah sakit. saya berkomentar seperlunya saja dan (seperti biasa) hanya merutuki segala hal yang terjadi hari itu.
kamu tahu, itu juga cuma akal-akalan saja. biar saya tidak memelukmu dan menangis.

apa jadinya kalau kita berdua menangis?

Damn! saat ini lebih mebuat saya sedih daripada mendengar ceritamu tentang pacar-pacar yang jahat atau saat kamu gagal tes interview kerjaan.


ps: harusnya, saya bilang agar kamu tegar atau apa. tapi, kadang-kadang kita butuh untuk menangis.

ngomong-ngomong, kamu hebat sekali deh shin!

No comments: