Wednesday, October 18, 2006

Jamrut, bukan Jamrud!

Ada yang tahu jalan Jamrut itu di mana?

Jalan Jamrut itu ada di daerah Kramat, Jakarta Pusat. Tepatnya, ada di sebelah kanan kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Kalau ke arah Senen, berarti kamu harus belok kiri sebelum kantor PBNU.

Saya tahu jalan itu karena katanya sering ada transaksi senjata ilegal di sekitarnya. Mungkin sebulan lalu, pernah ada anggota TNI yang tertangkap polisi karena bertransaksi senjata di jalan itu.

Tapi, baik TNI maupun polisi tak ada yang memberi pernyataan resmi tentang keterlibatan anggota TNI dalam kejadian itu. Padahal, sempat terjadi baku tembak antara polisi dan pelaku.

Hmm.. Kita lewatkan saja bagian itu. Bukan itu yang mau saya ceritakan.

Saya mau memberi tahu kalau saya senang melewati jalan itu.

Jalan Jamrut sebenarnya cuma salah satu jalan sempit yang ada di Jakarta. Berliku-liku, mengikuti aliran kali yang ada di sana.
(Aduh! saya tidak tahu nama kalinya apa)

Jalan Jamrut isinya rumah-rumah kecil, mungkin hanya seluas 50 meter. Saya juga tidak tahu persis. Yang jelas, kalau kamu lewat, kamu bisa sekalian melihat isi rumah.

Kamu bisa lihat orang-orang sedang tidur. Biasanya, di ruang tamu, ada dua atau tiga orang yang tidur. Padahal, ukuran ruang tamu itu paling-paling hanya 3x4 meter. Itu pun masih "saingan" sama lemari TV atau kursi tamu.

Sepandangan saya, biasanya hanya ada kamar tamu dan satu kamar tidur. Tidak ada halaman. Bahkan, tidak ada WC atau kamar mandi.

Makanya, di sepanjang jalan Jamrut terdapat banyak WC atau kamar mandi umum.

Oh iya, di sepanjang jalan juga kamu akan melihat jejeran gerobak. Sepertinya, mayoritas warga yang tinggal di jalan itu adalah penjual gorengan, mie tek-tek, bakso, siomay, atau es kelapa muda. Pokoknya, jajanan pinggir jalan.

Anehnya, saya paling suka lewat jalan ini. Mungkin karena saya membonceng dia, pacar saya.

Hampir selalu, dia ngomong seperti ini, "Nggak ada yang nyangka di Jakarta masih ada daerah kumuh kayak gini. terpinggirkan."

Belum lagi kalau dia tambahkan dengan kata TERMARGINALKAN!

Setelah saya pikir-pikir, mungkin saya suka melewati jalan itu karena semua hal tadi. Melewati jalan Jamrut membuat saya berpikir bahwa saya jauh lebih beruntung dari pada warga jalan jamrut.

Membuat saya bersyukur akan nikmat yang diberi tuhan ke saya.

Sesekali, membuat saya jadi lebih sayang dia.

Kamu bayangkan saja semua perasaan bersyukur itu kamu lewati bersama dengan orang yang kamu sayangi.

Teman saya Odit pernah bilang begini:
"Romantis bukan suasana. Tapi romantis itu ketika lo melewati waktu yang menyenangkan."

Kalau patokannya omongan Odit, berarti melewati jalan jamrut adalah hal yang romantis.

Sebenarnya, saya tidak punya indikator apa saja yang bisa disebut romantis dan apa yang tidak. Tapi, kali ini saya sepakat saja dengan Odit.


*** Waktu berita tentang transaksi senjata itu turun di beberapa harian nasional dan ibukota, sebagian besar salah menuliskan jalan JAMRUT jadi jalan JAMRUD. hehehe... Berarti semuanya ramai-ramai melakukan kesalahan elementer! Haha!

No comments: