Friday, September 15, 2006

Rambut Sugiharti Digunduli Petugas Tramtib


Jakarta-Jurnal Nasional

Bagi setiap perempuan, rambut adalah mahkota. Tapi, mahkota milik Sugiharti dicukur habis oleh aparat Tramtib saat razia joki 3 in 1

Terlihat beban yang begitu besar di mata Sugiharti. Bahkan, tangannya pun terlihat enggan membuka scarf kuning yang digunakannya menutup kepala.

Sewaktu kain itu terlepas dan memperlihatkan kepalanya yang gundul, seolah seluruh harga dirinya ikut terlucuti.

“Rambut saya dulu lurus,” ujarnya sambil mengusap kepala.

Rabu siang, 14 September, Sugiharti datang melapor ke Ruang Pelayanan Khusus Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Saat itu, ia ditemani suaminya, Sugiharto, 30 tahun, anak mereka Susan, 3 tahun, dan seorang kuasa hukum dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Perempuan berusia 30 tahun itu datang melaporkan petugas ketenteraman dan ketertiban (tramtib) Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Mereka telah mencukur habis rambutnya.

Sambil menggendong Susan, Sugiharti bercerita. Saat itu, seperti yang sudah dilakukannya setahun terakhir, ia menjadi joki 3 in 1 di sekitar Taman Surapati, Menteng, Jakarta Pusat.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore saat ia turun dari mobil yang menyewa jasanya. Saat hendak menyeberang ke depan kantor Komisi Pemilihan Umum , ia bertemu tetangganya yang juga menjadi joki.

“Da bilang kalau suami saya ketangkep ama tramtib. Karena mau ngeliat, saya jalan ke arah Kedutaan Malaysia . Saya pikir sembari nyari duit juga kalau ada mobil,” ujarnya.

Ketika berdiri di samping Kedutaan Malaysia, ia melihat mobil patroli tramtib berhenti di seberang jalan.

Mereka pun langsung mendatangi Sugiharti yang saat itu menggendong Susan. Salah seorang di antara mereka memarahinya dengan kasar.

“Lo mau ngelawan?,” ujar petugas tramtib.

“Mau apa?,” balas Sugiharti.

“Gue nggak dapet laki lo. Jadi, lo yang gue tangkep,” kata petugas tramtib.

Sekitar 20 orang petugas pun membawanya naik ke mobil patroli. Karena sudah tiga kali tertangkap, saat itu Sugiharti tenang-tenang saja. Lagipula, bersamanya ada 7 orang lelaki yang juga dijaring petugas.

Setelah dibawa berputar-putar, kesembilan orang tersebut dibawa ke Kantor Kecamatan Menteng sekitar pukul 19.30 WIB. Di sana, ia kembali diidterogasi. Lagi-lagi ditanyai tentang keberadaan suaminya yang juga mencari nafkah menjadi joki.

Seorang petugas menghampirinya dan berkata,”Gue udah hafal muka lo. Lo liat aja ya, kalo ntar laki lo ketangkep, dia gue habisin.”

Setelah itu, si petugas menampar pipi kirinya sambil mengancam akan menggunduli Sugiharti.

Waktu itu, sambil mendekap Susan, ia menenangkan hatinya. Ia pikir ancaman tersebut hanya gertakan saja. Meski terus dimarahi, Sugiharti memilih diam.

Puas memarahi para joki, petugas pun mengambil gunting rambut dan mulai menggunduli joki-joki yang tertangkap.

Saat semuanya sudah digunduli, petugas yang tadi menampar pipinya, memanggil perempuan yang tinggal di rumah tripleks di kolong stasiun Cikini, jakarta Pusat.

Ia pun mencukur habis rambut ibu dari 5 orang anak ini.

“Yang bikin saya lebih sedih karena saya digundulin di depan anak saya. Padahal, dia masih kecil banget. Apalagi, tramtib itu bilang ke anak saya kalau nanti gede, jangan badung kayak emaknya,” katanya sambil mengelus kepala.

Hanya Susan, putrinya, yang tidak digunduli. Sugiharti berkata kalau mereka sampai menggunduli Susan, berarti mereka memang tidak punya nurani.

Sekitar pukul 21.00 WIB, para joki yang sudah gundul tersebut pun dibawa ke sebuah panti sosial yang ada di daerah Kedoya, Jakarta Barat.

Menurut Sugiharti, waktu mereka datang para petugas di panti berkata,”Saya paling nggak suka nerima orang-orang yang dijaring di Menteng. Petugasnya suka ngegundulin orang. Masa perempuan juga digundulin!”

Setelah enam hari di sana, ia pun kembali ke rumah. Tapi, Sugiharti tetap tidak terima dengan perlakuan yang didapatnya.

Menurut suaminya, Sugiharto, bukan kali ini saja para joki mendapat perlakuan kasar dari petugas tramtib Menteng. Ia mengaku pernah ditendang waktu terjaring beberapa waktu lalu.

Meski sering tertangkap, pasangan suami istri yang namanya hampir serupa itu, mengaku tidak kapok.

“Saya belum dapat kerja. Terus mau makan dari mana? Kalau nggak ngejoki, saya mau kerja apa lagi?” ujar Sugiharto yang baru 4 bulan bebas dari tahanan karena mencuri motor.

Ia juga mengaku tahu bahwa menjadi joki 3 in 1 itu ilegal. Tapi, hal tersebut terpaksa dilakukannya untuk bertahan hidup. Mereka mengaku, masing-masing mendapat uang sekitar Rp 30-50 ribu setiap harinya.

Menurut kuasa hukum dari LBH Jakarta, Hermawanto, joki selalu dianggap mengganggu ketertiban umum dan merupakan penyakit masyarakat. Padahal, akar masalahnya ada di kemiskinan yang tidak pernah teratasi. (Ika Karlina Idris)

No comments: