Friday, September 15, 2006

Ondel-ondel tidak Lagi Diarak


Jakarta-Jurnal Nasional

Ada yang berbeda di halaman hotel-hotel atau pun gedung-gedung di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin. Sejak awal Juni ini mereka seakan menghias diri dengan spanduk bertuliskan ‘Selamat Ulang Tahun ke-479 Jakarta’ atau ‘Dirgahayu 479 tahun DKI Jakarta’. Tidak hanya spanduk, anda pun akan menemui ondel-ondel.

Semakin banyaknya ondel-ondel yang dipajang di sepanjang jalan protokol seakan menjadi pertanda bahwa ibukota sedang mengadakan hajatan tahunannya.

Maklum saja, boneka besar khas Betawi dan berbusana layaknya abang none Jakarta ini memang biasa digunakan untuk menyemarakkan suatu acara. Semisal kawinan, penyambutan tamu terhormat, ataupun peresmian gedung.

Ondel-ondel adalah boneka besar dengan tinggi 2,5 meter dan diameter sekira 80 cm yang terbuat dari anyaman bambu. Rangka boneka disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalam.

Bagian wajahnya adalah topeng kayu, sedang rambutnya terbuat dari ijuk. Biasanya, ondel-ondel dibikin sepasang, yakni laki-laki dan perempuan. Untuk membedakannya, muka laki-laki dicat merah dan yang perempuan dicat putih.

Untuk membuat sepasang ondel-ondel dibutuhkan waktu paling cepat satu minggu. Namun, bisa juga sampai 2 atau 3 minggu, tergantung ukurannya.

Menurut Supandi (43), salah seorang pembuat ondel-ondel yang ada di daerah Kemayoran, “Ukuran standar ondel-ondel 3 meter. Tapi masalah ukuran tergantung permintaan aja. Malah kami juga bikin anaknya, yang berukuran 1 meter.”

Pembuatan ondel-ondel dibagi atas dua tahap, yaitu rangka dan topeng. Untuk membuat rangkanya, bahan yang dibutuhkan hanyalah bambu dan ijuk. Sedang untuk topeng, dulu menggunakan bahan kayu yang harus diukir. Tapi karena sekarang sudah sulit menemukan orang yang mengukir topeng, maka kini topeng dibuat dari bahan fiber glass.

“Pake fiber lebih praktis karena kami tinggal mesen di tukang fiber. Kalau sudah tinggal diamplas dan dicat. Nah, nungguin catnya kering yang lama, bisa ampe 3 hari,” kata Supandi.

Dalam pembuatan rangka, ia biasa dibantu oleh pemuda-pemuda di sekitar tempat tinggalnya. Salah satunya adalah Komang (25). Menurut pemuda asli betawi ini, pada dasarnya pembuatan rangka ondel-ondel ada 4 tahap.

“Pertama, dibikin dulu rangka yang bulat untuk bagian bawah, pinggang dan leher, termasuk juga membuat rangka untuk bahu. Abis itu semua rangka itu ditegakin pake bambu. Kalo udah, bagian bahunya dikasih semen ama ditempelin kertas biar lekuknya kayak bahu manusia,” ujar Komang.

Bagian tersulit dalam pembuatan ondel-ondel adalah rangka yang bentuknya bulat. Menurut Komang, rangka tersebut dibuat dari tangkai bambu sehingga sulit mendapatkan bentuk bulat yang sempurna. Seringkali, mereka harus membuka kembali ikatan rangka yang sudah ada dan membentuknya dari awal.

Adapun harga yang dipatok Supandi berkisar dari 1,5 hingga 3 juta rupiah, tergantung ketinggian ondel-ondel dan ongkos angkut jika sudah selesai. Rata-rata untuk ondel-ondel standar, harganya 3 juta rupiah sepasang. Sedang untuk anaknya (ukuran 1 meter), biasanya 1,5 juta rupiah.

Untuk harga tersebut, baju untuk ondel-ondel terbuat dari kain satin. Jika pemesan menginginkan baju yang lebih bagus, maka harganya lebih mahal.

Satu boneka memerlukan bahan baju 6 meter dan sarung 5 meter. Jika sepasang, maka butuh kain sepanjang 22 meter. Dan untuk harga kain 15 ribu rupiah per meter, maka modalnya 330 ribu rupiah.

Tetapi, menurut Supandi yang juga Ketua Grup Ondel-ondel Utan Panjang modal terbesar yang harus dikeluarkan adalah membuat topengnya. Jika terbuat dari bahan fiber glass, ongkosnya sekitar 700-800 ribu rupiah dan untuk topeng berbahan kayu bisa mencapai 1-1,2 juta rupiah. Harga tersebut belum termasuk pembelian cat untuk merias wajah ondel-ondel.

Yang paling sediki memakan biaya adalah rangka ondel-ondel. Sepasang ondel-ondel butuh dua ikat bambu seharga 60 ribu rupiah dan 4 bal besar ijuk seharga 48 ribu rupiah.

“Modalnya aja bisa nyampe 2 juta rupiah. Paling-paling kita mah untung sejuta. Itu juga untuk ngasih ke anak-anak (pemuda-pemuda yang membantu pembuatan rangka),” katanya.

Supandi juga pernah membuat ondel-ondel berukuran raksasa dengan tinggi 25 meter pada Pekan Raya Jakarta tahun lalu. Pesanan tersebut ia dapatkan dari Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Ia pun membutuhkan waktu satu bulan dan dibantu oleh 12 pemuda tetangganya.

“Enaknya sih karena semua bahan udah disediain. Kami tinggal buat aja,” ujarnya.

Lelaki yang juga merupakan ketua DPC Forkabi di daerah kemayoran ini mengakui bahwa membuat ondel-ondel hanya dilakukannya sebagai sampingan saja. Pesanan hanya ramai sepanjang Juni hingga Agustus hingga hasilnya tidak seberapa.

Sebenarnya, Supandi sudah membuat ondel-ondel sejak 1995. Hal itu dilakukannya karena sudah “cinta” dengan boneka besar ini. Sedari kecil lelaki paruh baya ini memang sudah menyukai ondel-ondel yang menjadi ciri khas Betawi.

Supandi yang dipanggil Uwa oleh tetangganya ini berharap agar ondel-ondel tidak punah. Ia juga berangan-angan di pemerintah DKI Jakarta mau membuat patung ondel-ondel agar menjadi cirri khas Jakarta. (Ika Karlina Idris)

No comments: