Tuesday, May 09, 2006

Redaktur Saya



Hari pertama kerja, saya ditugaskan di desk ekonomi. sebenarnya, saya berharap di tempatkan di desk ini. Ekonomi dan olahraga adalah kelemahan saya, jadi rasanya saya harus mulai dari hal yang paling susah.

Kita lewati saja tentang desk ekonomi karena saya baru satu hari di sana. Saya lebih tertarik bercerita tentang redaktur saya. lebih menarik =)

Laki-laki, 36 tahun, putih, rambut pendek bukan cepak (rapih), tinggi badan sedang, berat badan proporsional (kecuali di bagian perut, sedikit buncit rasanya), sepertinya memakai gigi palsu (karena di kedua sisi gigi geraham atasnya ada semacam kawat yang ada di gigi palsu ibu saya), mata berwarna coklat tua, dan punya banyak tahi lalat.

Karena sempat berdiskusi dengan jarak intim [menurut ilmu komunikasi, jarak intim adalah kurang dari 50 cm], saya tahu kalau tahi lalatnya banyak. Ada tiga di pelipis kanan (kalau tidak salah hitung), beberapa bintik kecil di leher, dan di jari-jari (terutama telapak tangan kanan).

Kamu pikir saya kurang kerjaan karena menghitung tahi lalat? Rasanya tidak. Coba saja berada di jarak itu dengan redaktur saya dan kamu akan tahu bahwa tahi lalat yang dia miliki adalah faktor paling dominan, meski bukan bagian daya tarik.

Hmm. Saya tahu kamu penasaran tentang hal ini, tapi dia masih lajang kok. 36 tahun dan melajang? Jika ada laki-laki usia matang, karier bagus, dan belum kawin saya selalu teringat perkataan teman saya Witty (kita lewatkan saja bagian muka, karena betapapun jeleknya seorang laki-laki, dia seringkali punya pacar atau istri yang cantik, bahkan mungkin supermodel!)

Tentang laki-laki seperti ini, menurut witty, "Pasti ada yang salah, kot! Pasti!"

[Haha!]

Apa iya? Mungkin.
Tapi saya masih belum sampai di kesimpulan akhir. Saya kan belum kenal dekat dengan dia.
Tapi, rasanya memang ada hal-hal yang janggal.

Pertama, kalau dibandingkan dengan 23 orang reporter lainnya, dia punya indikator yang berbeda tentang apa yang disebut lucu. Dengan kata lain, hal yang tidak lucu bagi 23 orang tersebut, bisa dianggap lucu atau sangat lucu olehnya. Sebagai contoh, dia bisa tertawa terbahak-bahak karena dialog ini:

Anu : "Si mbak ini udah pulang ya? Aduh! padahal saya mau nebeng."
Saya: "Udah, Mas! Tapi baru aja turun kok, mungkin masih di lantai 1."

Dan, redaktur saya pun tertawa kegelian. Saya bertanya tentang apa yang membuat dia tertawa. Katanya, "Kamu kok bisa tahu kalau si mbak ini masih di lantai 1? Huahahaha!"
Dan saya pun terheran-heran. Memangnya lucu ya?

Kedua, dia seringkali over excited atau mungkin over reacted. Jika sedang menjawab telepon, dia seringkali berteriak 'Yes!' atau 'Excellent!' atau kata lainnya. Dia meneriakkannya!

Dia juga pernah menarikan "tarian pengusir hujan" sewaktu dia pikir kelompoknya menang dalam permainan Samson, Delaila, dan Singa. PADAHAL, kelompoknya kalah.

For a 36 years old man, i think dats weird.

Tapi, dua hal itu belum membenarkan teori Witty. Toh saya belum kenal dekat dengannya.

Ngomong-ngomong, tadi malam saya baru selesai menulis sekitar jam 23. Padahal, tulisan yang saya bikin hanya 1,5 halaman A4, Times New Roman 12, Spasi double.

Itu semua karena dia over excited! cuma berhasil wawancara, dia bilang "Great". Saya minta informasi tambahan, dia bilang "Ok". Saya cuma membacakan transkrip wawancara, dia bilang "Thanks" sambil menunjuk dengan jari telunjuk ke arah saya dan jempol menghadap ke atas.

Ck..ck..ck...

Terlepas dari semua hal di atas, rasanya redaktur saya manis juga... Hehehe... =D

No comments: