Wednesday, October 10, 2007

Agama Selalu Mengusung Perdamaian

Puluhan siswa SMA bernyanyi bersama. Meski berasal dari sekolah yang berbeda-beda, namun semuanya nampak syahdu menyanyikan lagu Heal the World yang kondang dibawakan Michael Jackson.

"...There are people dying, if you care enough for the living. Make a better place for you and for me..."

Puluhan siswa datang untuk merayakan sebuah hari untuk menghormati perdamaian. Tepat 21 Sepetember lalu dunia merayakan hari perdamaian internasional. United Nation Information Centre (UNIC) Jakarta tak ketinggalan. Meski baru merayakannya pada Rabu, 26 September namun tak mengurangi sedikit pun maknanya.

Selain puluhan pelajar, acara itu juga dihadiri tokoh masing-masing agama, yaitu Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nasaruddin Umar, Ketua Bidang Agama dan Pendidikan Majelis Agama Kong Hu Cu Indonesia Haksu Buana Jaya, Bimbingan Masyarakat Kristen Departemen Agama Thomas Edison, Kepala Bagian Perencanaan dan Data Direktorat Masyarkat Hindu I Made Sutresna, dan Sekjen Indonesian Conference on Religon and Peace (ICRP) Romo Hariyanto.

Dalam kesempatan tersebut, setiap perwakilan agama membahas tentang konsep perdamaian menurut agama mereka masing-masing. Menurut Nasaruddin, kata islam berasal dari bahasa arab islamun yang artinya perdamaian. Sayangnya, kata islam sering diasosiasikan dengan terorisme.

"Tak ada satu pun dasarnya dalam Islam membenarkan terorisme. Jangan takut sama Islam karena sebenarnya adalah agama perdamaian," kata Nasaruddin.

Ia juga menambahkan, sepanjang sejarah Indonesia, konsep perdamaian selalu dibuat dari atas ke bawah sehingga hanya menghasilkan perdamaian yang rapuh. Agar konsep ini lebih konstruktif, maka harus dibuat sebaliknya. Untuk mewujudkan perdamaian haruslah dimulai darigenerasi muda.

"Generasi inilah yang memegang masa depan. Mereka harus diberi pemahaman bahwa Tuhan menganugerahkan perdamaian sebagai lukisan yang indah. Semakin banyak warnanya, maka akan semakin indah. Kalau hanya satu warnakan monoton," paparnya.

Konsep serupa dikatakan Haksu. Menurut dia, Indonesia hanya akan berarti dengan keberagaman agama. "Bangsa Indonesia besar bukan karena keanekaragaman hayati, tapi karena siap menerima perbedaan tadi."

Menurut Sutrisna, doa paling utama umat Hindu adalah meminta perdamaian. Pada kalimat "Om santi santi Om, kata santi" dalam behasa sansekerta artinya damai. "Dalam konsep agama, perdamaian adalah tujuan," katanya.

Sedang Thomas memaparkan sebuah konsep perdamaian dalam Kristen. Untuk dapat berdamai dengan orang lain, maka seseorang harus dapat berdamai dengan dirinya sendiri. "Ini karena jarang ada orang yang membenci dirinya sendiri," katanya.

Lingkungan sekolah, haruslah kondusif bagi upaya perdamaian, Menurut Egi Septiadi, Idham Rizali Saleh, siswa kelas 3 IPA SMU 8 Jakarta, berbagai macam agama ada di sekolah mereka. "Tapi semuanya hidup rukun dan saling berdampingan," kata Idham.

Di sekolah mereka, kata Adit, tak pernah ada masalah agama. Dalam melaksanakan ibadah tak pernah ada siswa yang saling ledek ataupun ganggu. "Kita juga menghindari tawuran. Letak sekolah kan agak tersembunyi jadi mungkin jarang lewat," kata Alhadi bergurau.

Korupsi, Kemiskinan, Sadar Lingkungan
Sementara itu, Romo Hariyanto menegaskan bahwa saat ini agama muncul sebagai kekuatan baru. Dulu, katanya, banyak orang berpendapat bahwa semua masalah bisa diselesaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi kenyataan menunjukkan sebaliknya.

Karena itulah, agama muncul sebagai kekuatan dengan segala bentuknya. Sekitar 15-20 tahun lalu, hanya sedikit remaja yang menggunakan istilah agama dalam bahasa keseharian mereka. "Berbeda betul dengansekarang. Terlihat sekali ada keyakinan yang sangat besar bahwa agama bisa digunakan untuk menghadapi masalah serius," jelasnya.

Pada semua agama, kebangkitan agama ini menarik perhatian anak muda karena mereka idealis dan punya banyak mimpi. Sayangnya, kebangkitan agama hanya berhenti pada tataran simbolik.

Agama di satu sisi bisa menyerukan perdamaian, tapi di sisi lain bisa memberi pembenaran atas tindakan menentang perdamaian. Untuk mencapai prdamaian, harusnya bukan dogma agama yang digunakan, tapi kemanusiaan itu sendiri.

Romo Suharyanto menawarkan konsep universal untuk menuju perdamaian. Pertama, jangan korupsi. "Semua tempat ibadah penuh sesak kalau ada perayaan, tapi korupsi jalan terus."

Kedua, memberantas kemiskinan. "Seseorang tak bisa mengklaim dirinya sudah beribadah dengan baik jika masih ada kemiskinan di sekitarnya," ujarnya

Ketiga, menjaga kelestarian lingkungan hidup. Anak-anakyang ada di desa ternyata hanya menghabiskan 10 persen energi yang digunakan anak-anak di kota besar. "Jika pemakaian energi bisa dikurangi dan lingkungan hidup terjaga, barulah kita bisa bicara tentang indahnya perdamaian," kata Romo.

Dimuat di Jurnal Nasional 1 Oktober 2007

No comments: