Tuesday, July 03, 2007




Kalau Kencan, Siapa yang Bayar?

Di mana malumu..
Setiap kali..
Kuajak berkencan, aku yang bayar


Suatu kali, teman saya Odit pernah bilang begini,”Cewek bule suka berkencan dengan cowok Indonesia karena selalu dibayarin. Kalau di luar negeri, kencan itu bayar masing-masing. Nah, karena cowok di kita selalu ngebayarin cewek, makanya mereka anggap cowok Indonesia itu gentleman.”

Tapi, itu kata Odit.

Di suatu malam yang menyenangkan, teman saya bercerita sebaliknya. Panggil saja dia P (perempuan). Si P ini sedang dekat dengan beberapa cowok. Belum ada yang jadi pacar resmi. Semuanya masih tahap menjajaki-dengan-penuh-harap. Hihihi…

Nah, di antara lelaki itu, si P menemukan satu yang paling lumayan. Yang paling bagus di antara yang buruk-buruk. Sebut saja L (lelaki) Tampang? 8 (poin 1-10), kerja di BUMN dengan laba terbesar tahun lalu, rumah gede, dan yang paling penting:
Hubungan mereka setahap di atas PDKT.

Sayangnya, si L selalu minta dibayarin. Atau, paling tidak, dia membiarkan P yang membayar semuanya. Padahal, setiap pergi, L selalu berbelanja untuk dirinya sendiri, entah kemeja atau sepatu, apa saja.

Padahal lagi, setiap kali mereka berkencan selalu L yang ngajak. Kebayang nggak sih??? Udah situ yang ngajak, situ pula yang minta dibayarin.

Dengan beberapa pertimbangan, P mau saja. Alasanya, P tak mau dianggap sebagai cewek matrealistis hanya karena secara keuangan tidak seberuntung L.

“Gue mau nunjukin kalau gue nggak matre. Gue mau diajak susah,” kata P membenarkan tindakannya.

Okelah kalau begitu. Tapi, apa yang dilakukan L ini sungguh tak bisa ditolerir. Saya kasih contoh.

Suatu waktu, mereka habis nonton. P yang bayar. Setelah itu, mereka makan. Tadinya, P tak mau keluarkan uang. Tapi, karena pelayan menyodorkan tagihan dan L hanay diam saja, dengan tak enak hati P pun membayar makan malam mereka.

Besarnya? Rp70 ribu rupiah saja.

Setelah pelayan pergi, si L bilang ini,”Oh, jadi elo yang mau ngebayarin. Pantesan mesen minumnya teh tawar aja.”

What????

HAI, BUNG! KAMU KOK TAK TAHU DIRI SEKALI??

Setelah itu, saya pun jadi berpikir, apa iya omongan Odit itu benar?

Lalu, saya pun mengadakan “survey” singkat. Memang tidak ilmiah. Saya hanya bertanya ke teman-teman perempuan saya. Hasilnya:
1. Mereka jarang membayarkan kencan.
2. Mereka sering membayar masing-masing.
3. Pacar mereka membayarkan lebih sering.

Lalu, apa dong yang bikin L tega membuat P membayar kencan mereka? Apa alasannya sama saat L mengirim pesan singkat berisi:
“P, kangen…”
“Kamu lagi apa?”
“Aku lg inget kamu”

Hmm……
Apapun alasannya, rasanya P harus mempertimbangkan kembali matang-matang hubungan dia dengan L.


**
Saya menghargai kalian yang mau membayarkan kencan kalian.
Saya juga pernah membayari kencan saya, tapi ternyata tak ada di antara mereka yang saya pacari.
Saya tak masalah membayari pacar, tapi tidak selalu. Lebih banyak kalau sudah tanggal tua dan saya ngotot makan enak di restoran mahal. (Kamu tahu kan kebiasaan makan saya. Hehehe…)

No comments: