Sunday, March 18, 2007

Seberapa Jauh Kamu Harus Berusaha?

Semalam, seorang teman saya menelepon sambil menangis sesenggukan. Rupanya, dia habis berantem dengan pacarnya.

Penyebab awalnya sepele, hanya karena si pacar tak mau diajak berfoto di fotobox.

“Aku tanya ke dia, kenapa kamu nggak mau fotobox?,” kata teman saya, masih sambil sesenggukan.

Jawab pacarnya (versi teman saya) “Nggak ah, ntar aja.”

“Aku tegesin lagi, jadi kamu nggak mau?,” lanjut teman saya.

“Nggak,” tegas di pacar.

Setelah itu, teman saya melengos pergi dan jadilah mereka jalan berjauhan sejak dari toko donat ke tempat parkir. Di mobil, keduanya bungkam. Hanya sesekali berbicara, itu pun kepada diri sendiri.

Rupanya, pertengkaran itu baru mulai saat keduanya tiba di rumah masing-masing. Berantem dengan mengirim argumen via pesan singkat, hanya Rp 350 sekali kirim. Bisa diedit kalau kurang sreg.

Hmm... Kayaknya boleh juga. Soalnya kalau cekcok saling berhadap-hadapan, sering ada kalimat yang tidak sempat diedit. Saya yakin kalian semua tahu bahwa sekali pesan itu disampaikan, maka tak ada yang bisa mencegah dampaknya bukan?

Jadi, kembali lagi ke teman saya. Dia bilang kalau dirinyalah yang pertama kali mengirim pesan singkat ke pacarnya.

“Sayang, memangnya kamu punya pesugihan yang bakal ilang kalau potobox ya?”

Dibalas sang pacar,”Kamu kalau kemauannya nggak dipenuhi langsung aja marah. Jangan egois dong.”

(Catat: Untuk kalian-kalian para lelaki di luar sana, tolong, jangan gunakan kata egois pada kekasih kalian. O y, jangan juga gunakan kata “mau menang sendiri”. Kamu mau tahu kenapa?
Begini, pada dasarnya, lelaki itu punya ego yang lebih besar. Sebenarnya tidak buruk. Kadang, pria itu butuh dipuji dan diakui kemampuannya. Dan, perempuan biasanya sukarela memuji pacar mereka sehingga si Ego tetap terjaga. Nah, kalau kalian bilang perempuan itu egois, dalam benak mereka pasti, ”Egois? Bisa-bisanya makhluk dengan ego super besar berkata bahwa kami lebih egois?” atau dengan kata lain “Hah? Lo nggak ngaca apa??”)

Lanjut cerita, teman saya pun kembali membalas sms dengan bunyi, “Aku itu cuma mau potobox! Kamu tinggal masuk ke box, senyam-senyum, udah! Cuma itu! Menurutmu itu egois? Menurutku itu cara kamu nyenengin pacar!”

“Kemarin kan udah. Aku nggak suka difoto,” balas si pacar.

(Hei, lelaki! Sekali kamu melontarkan kata egois pada perempuan, itu sama saja tak ada maaf. Makanya jangan heran kalau teman saya pun kembali membalas sms.)

“Ini bukan tentang suka atau tidak suka, juga bukan tentang pernah atau tidak pernah. Ini tentang seberapa ingin kamu nyenengin pacarmu, yang lagi mabuk kepayang ama kamu,” itu kata teman saya tentang isi sms nya.

Si pacar kembali membalas,”Apa yang aku lakuin selama ini nggak cukup ya? Udah aku bilang kalo aku nggak bisa menuhin semua kemauan kamu.”

Diiringin isakan tangis yang mulai pecah, teman saya kembali bercerita bahwa saat itu dirinya langsung membalas dengan dua sms.

Sms pertama: “Sayang, kamu tahu bedanya aku mau kamu belajar nyetir mobil dengan aku mau kamu fotobox? Yang pertama butuh belajar dan usaha. Yang kedua, NGGAK.”

Sms kedua: “Ngomong-ngomong, makasih untuk banyak hal yang udah kamu lakuin buat aku. Maaf nggak sempet aku hitung berapa banyak.”

Well..Wel..Well..

Analisis saya, sms terakhir teman saya pasti langsung menusuk hati, ego, dan harga diri si pacar.
Di sisi lain, sepertinya teman saya merasa bahwa si pacar tidak berkorban sebanyak yang dia pikirkan.

Yang pasti, saya menenangkan teman saya dengan berbagai kalimat standar yang dimiliki teman perempuan.

“Hah? Pacar lo kok itung-itungan banget? Sudahlah, semua pasti akan baik-baik saja. Lagipula, menurut gue, harusnya dia mau berusaha lebih buat elo, masa sih cuma fotobox doang dia nggak mau? Lo masih sayang ama cowok lo?”

“Iya sih... (Ada nada ketidakyakinan). Tapi, gue juga kan udah ngelakuin banyak. Dan NGGAK pernah gue itung! Kok dia tega sih?” Huaaaaa.... Hiks...Hiks...Hiks...,” kata teman saya (Tentu saja sambil menangis).

Saya pun lalu berkata bahwa si pacar harusnya mau berjuang untuk teman saya. Lagipula itu hanya fotobox! Teman saya kan tidak meminta dia pindah agama, pakai narkoba, atau terjun ke jurang!

Tapi, saya baru teringat kalau si pacar bilang bahwa dia tak suka difoto. Hmm... Jangan-jangan, ketidaknyamanannya sewaktu difoto sama saja dengan disuruh terjun ke jurang. Tapi, apa iya fotobox begitu menakutkan???

Cheers!

PS: Women need to be sure that you guys are fighting for them! Otherwise, she’ll find someone who fight for her. Itulah kenapa ada sayembara membunuh singa hanya untuk mempersunting seorang perempuan!

No comments: