Thursday, October 12, 2006

Ramai-ramai Mandi dengan Limau

Padang-Jurnal Nasional

Tepat sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan, ratusan orang memenuhi tempat-tempat pemandian umum. Bahkan, air terjun lembah Anai dan beberapa kolam di sekitarnya juga dipadati orang-orang.

Mereka dating dari berbagai tempat, dari Bukit Tinggi hingga Padang. Meski ada yang sendiri-sendiri, tapi lebih banyak yang dating dengan menggunakan mobil bak terbuka. Satu mobil bias berisi 15-25 orang.

Orang-orang tersebut dating ke pemandian umum untuk melaksanakan satu tradisi mandi yang sudah berlangsung puluhan tahun. Tradisi ini dilakukan sejak siang hari hingga azan magrib tiba. Namanya, mandi balimau.

Menurut Evi, 24 tahun, ia datang ke lembah Anai bersama 13 orang lainnya.

“Kami menyewa mobil. Masing-masing membayar Rp 5.000. Balimau ini memang sudah kami niatkan,” kata Evi yang juga warga nagari Batangan, kecamaan X Koto, Batusangkar.

Meski sore itu hujan turun cukup deras, namun tak menyurutkan niat orang-orang yang ada di sekitar lembah Anai. Besar-kecil, Tua-muda, dan lelaki-perempuan bercamur di bawah air terjun sambil bersenda gurau.

Yang tak ikut mandi, berdiri di pinggir air terjun sambil makan. Tapi, sebagian besar dari mereka adalah insan-insan yang beradu kasih sambil menonton orang-orang mandi.

Evi sendiri mengaku ia dating bersama pacarnya. Sedang teman-temannya yang lain juga berpasang-pasangan. Meski malu-malu, ia mengakui momen ini ditungu-tunggunya.

“Bisa jalan-jalan sama pacar dan teman-teman,” ujarnya.

Mungkin hal itulah yang membuat sebagian kalangan melarang tradisi mandi Balimau.

Menurut masyarakat Minangkabau, mandi Balimau adalah mandi dengan menyucikan diri layaknya mandi wajib. Setelah mandi, diharapkan seseorang menjadi suci untuk memasuki bulan Ramadhan.

Yang membuatnya berbeda karena saat mandi mereka menggunakan limau atau jeruk nipis ditambah ramuan lainnya yang membuat wangi. Ramuan tersebut biasanya terdiri dari daun pandan wangi, bunga kenangan, bunga rampai, dan akar-akar tanaman.

Akan tetapi, tradisi mandi tersebut kini sudah bergeser, baik tata cara maupun maknanya. Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Kamardi Rais, tradisi ini awalnya tidak dilakukan di tempat pemandian umum.

Tradisi ini menggunakan ramuan Balimau yang direndam di air hangat dan dioleskan ke kepala.

“Balimau dulu lambing untuk menyucikan diri, sesuai dengan syariat agama dan adapt. Tapi sekarang, sudah banyak yang melanggar adat, apalagi syariat,” tegas Kamardi.

Ia mencontohkan, karena Balimau dilakukan hingga menjelang magrib, tak ada yang bisa mengawasi tingkah leku pemuda-pemudi yang ada di pemandian umum. Maknanya pun bergerser. Tidak lagi untuk menyucikan diri, melainkan bergembira bersama sebelum bulan Ramadhan.

“Lagi pula, masa mandinya bercampur. Sudah begitu, pakai baju yang tipis dan basah-basah pula. Apa nantinya tidak mengundang syaitan?” ujarnya.

Namun, perkataan Kamardi dibantah oleh Reni, 18 tahun, yang saat itu dating untuk balimau ke pemandian Mega Mendung, Kecamatan X Koto, Tanah Datar.

Gadis yang datang besama teman-teman sekolahnya itu berkata,”Di sini (pemandian umum) kan cuma mandinya saja. Sampai di rumah nanti, baru kami mandi pakai ramuan balimau. Lagi pula, kalau mandi kan orangnya banyak dan ada polisi yang menjaga, jadi tidak mungkin kami berbuat yang tidak-tidak.”

Indra, 35 tahun, warga kota Padang yang datang bersama keluargnya ke lembah Anai mengaku tak pernah sekalipun melewatkan tradisi ini. Adapun tempat yang biasanya ia datangi untuk balimau adalah Jembatan Pangkalan atau di aliran sungai Batang Mahat (Kabupaten Limapuluh Koto), Danau Singkarak (Kabupaten Solok), Lubuk Peraku, Lubuk Minturun, Aliran sungai Batang Anai, hingga kolam renang Tirta Alami (Kabupaten Tanah Datar).

Ia mengaku dating Balimau sekaligus pulang kampong ke Bukit Tinggi untuk menghabiskan puasa pertamanya di sana. (Ika Karlina Idris)

No comments: