Monday, September 18, 2006

Aksi Curi Start Para Bakal Calon Gubernur DKI

Komisi Pemilihan Umum Daerah tidak mengenal istilah curi start kampanye

Jakarta-Jurnal Nasional

Sejumlah bakal calon Gubernur DKI Jakarta menggelar kampanye terselubung. Kampanye tersebut mereka tutupi dengan berbagai macam kegiatan. Katanya, agar masyarakat Jakarta mengenali wajah mereka.

Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Bibit Waluyo. Pada akhir Agustus lalu, ia menggelar lomba pancing dengan nama ‘Bibit Waluyo Cup’. Lomba ini diadakan di kolam pancing Jalan Kepu RT 06/RW 05, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Perlombaan ini ternyata menyedot perhatian warga Jakarta. Buktinya terlihat dari jumlah peserta lomba yang membeludak hingga 1600 orang. Padahal, kapasitas kolam pancing hanya untuk 1400 orang.

Hadiah yang ditawarkan pun cukup menarik seperti televisi, mini compo, kipas angin, dan tropi dari Bibit Waluyo. Setiap peserta juga mendapat sertifikat foto dirinya yang disertai logo bergambar komunitas pendukung Bibit Waluyo.

Sertifikat itu bertuliskan, "Terima kasih atas partisipasinya ikut lomba pancing memperebutkan tropi Letjen TNI Purnawiran Bibit Waluyo."

Selain itu, Wakil Kepala Polisi RI Komisaris Jenderal Adang Daradjatun pun pernah menggelar pertandingan sepakbola yang bertitel 'Adang Daradjatun Cup'.

Acara tersebut dibuka pada Minggu, 20 Agustus, di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan. Spanduk-spanduk tampak menghiasi lokasi itu, lengkap dengan wajah Adang mengenakan pakaian khas Betawi.

Menurut Adang, apa yang dilakukanya itu bukan kampanye. Semata-mata dilakukan agar masyarakat luas mengenali wajahnya.

"Ini bukan kampanye. Boleh-boleh saja mengadakan cup-cup seperti itu, wajar-wajar saja," kata Adang.

Hal serupa dikatakan Sarwono Kusumaatmadja. "Permainan belum mulai, bagaimana bisa curi start? Tapi, pemanasan kan boleh," katanya.

Saat itu, dirinya sedang membuka acara Gerakan Kebersihan Bersama. Acara tersebut diselenggarakan oleh Sekretariat Bersama Pedagang Pasar Tanah Abang blok B,C,D,E.
Sarwono menambahkan bahwa kehadirannya saat itu di Tanah Abang semata-mata didorong komitmen sebagai Pembina Sekber PPTA. Karenanya, ia berkewajiban memberi dukungan moral dan berbagi pengalaman demi kemajuan para pedagang.

Tampak jelas kehadiran Sarwono di Tanah Abang saat itu disambut meriah oleh para pedagang. Mereka mengeluk-elukkan namanya sebagai calon Gubernur Jakarta yang akan datang.

Acara "curi start" oleh para cagub Jakarta sebelumnya sempat merebak dengan motif pembagian selebaran anjuran dukungan terhadap salah satu cagub, maupun mengadakan acara silaturahmi politik dengan sejumlah parpol.

Poster-poster yang diduga sebuah bentuk kampanye terselubung menjelang Pilkada Jakarta 2007 juga mulai banyak didapati di Jakarta. Melihat fenomena tersebut, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tidak tinggal diam. Dia berjanji akan menertibkan poster-poster tersebut.

“Mereka telah mencuri start, dan akan ditertibkan,” ujar gubernur yang juga akrab disapa Bang Yos ini.

Sayangnya, aksi curi start berkampanye itu tak dapat ditegur apalagi dihentikan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Jakarta. Pasalnya, KPUD masih belum memiliki aturan yang jelas untuk pelaksanaan Pemilihan Gubernur DKI.

Peraturan kampanye baru bisa dilaksanakan pada awal tahun 2007, saat para cagub mendaftarkan diri secara resmi

Menurut Pelaksana Harian Ketua KPU DKI Juri Ardiantoro, pihaknya tidak mempunyai kewenangan dan persepsi terhadap tindakan yang dianggap mencuri start tersebut.

“KPU tidak mempunyai kewenangan dan persepsi apa-apa. Pada intinya, KPU tidak mengenal istilah curi start tapi hanya kampanye,” ujar Juri.

Hal itu menurutnya disebabkan oleh belum berlakunya peraturan pelaksanaan Pilkada.

“Jika ada pemasangan yang mengganggu maka sebaiknya gunakan peraturan lain yang tersedia dan tak berhubungan dengan KPU seperti tentang kebersihan dan ketertiban untuk memprotes,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa yang dimaksud masa kampanye berlangsung sejak 14 hari sebelum masa tenang. Adapun masa tenang dimulai 3 hari sebelum hari pemilihan.

Sementara itu, sosiolog dari Universitas Indonesia, Ganda Upaya, berkata bahwa ketiadaan aturan itulah yang akhirnya dijadikan celah oleh para kandidat.

”Masa sih yang seperti itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya? Kalau belum ada aturan, masyarakat seolah dikadalin. Para bakal cagub dapat menjustfikasi kampanye terselubung yang mereka lakukan,” ujar Ganda.

Ia juga menegaskan bahwa segala acara yang dilakukan para bakal cagub DKI jelas-jelas masuk dalam kampanye terselubung. ”Kegiatan itu kan untuk mengekspos nama seseorang yang terang-terangan mencalonkan diri jadi Gubernur,” katanya.

Ganda menambahkan bahwa kegiatan ’Bibit Waluyo Cup’ atau ’Adang Daradjatun Cup’ dilakukan untuk membangun opini publik tentang citra seseorang. Paling tidak, katanya, publik jadi mengenali wajah mereka.

”Pencitraan sangat penting dalam sebuah kampanye. Tentunya berdampak pada siapa kandidat yang akan dipilih oleh konstituen” urai Ganda.

Adapun kampanye terselubung akan merugikan para kandidat lain yang dari segi finansial tidak punya kemampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan serupa. ”Ini sama sekali tidak fair,” cetusnya.

Selain itu, kampanye terselubung juga merugikan masyarakat, terutama yang berada di lapisan bawah. Mau tidak mau, mereka nantinya hanya mengenal kandidat yang sering mereka lihat tampangnya.

Padahal, para kandidat belum tentu melaksanakan janji-janji politik yang mereka ucapkan saat kampanye. (Ika Karlina Idris)

1 comment:

andhinhz said...

waduh ini blog...
teh ikot, berasa baca koran...
koran yang kecampur ama diari tapinya...
hehehe...

regards,
andhin